Wednesday, February 20, 2019

Menganggap Tahdzir Terhadap Penyimpangan & Para Pengusungnya Sebagai Ghibah Yang Tercela Adalah Pemahaman Orang Dungu


🚇MENGANGGAP TAHDZIR ULAMA TERHADAP PENYIMPANGAN & PARA PENGUSUNGNYA SEBAGAI GHIBAH YANG TERCELA ADALAH PEMAHAMAN ORANG DUNGU

[ + ] Telah dikatakan kepada Yusuf bin Asbath[¹]:
“Kenapa engkau membicarakan seseorang (ahlul bid'ah)? Tidakkah engkau takut ini adalah ghibah (yang tercela, red)?!!”

Maka beliau berkata:

{ ﻟﻤﺎ ﻳﺎ ﺃﺣﻤﻖ!!! ﺃﻧﺎ ﺧﻴﺮ ﻟﻬﺆﻻﺀ ﻣﻦ ﺁﺑﺎﺋﻬﻢ ﻭﺃﻣﻬﺎﺗﻬﻢ, ﺃﻧﺎ ﺃﻧﻬﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻥ ﻳﻌﻤﻠﻮﺍ ﺑﻤﺎ ﺃﺣﺪﺛﻮﺍ ﻓﺘﺘﺒﻌﻬﻢ ﺃﻭﺯﺍﺭﻫﻢ, ﻭﻣﻦ ﺃﻃﺮﺍﻫﻢ ﻛﺎﻥ ﺃﺿﺮ ﻋﻠﻴﻬﻢ. }

((🔥)) “Kenapa wahai dungu!!!
√- Aku lebih baik bagi mereka dibandingkan para ayah dan ibu mereka.
√- Aku melarang manusia untuk beramal dengan perkara baru (bid'ah) yang mereka (ahlul bid'ah) lakukan sehingga engkau (nantinya) mengikuti dosa-dosa mereka.

((※)) Dan siapa yang memuji mereka justru orang itu lebih berbahaya bagi mereka[²].”

📚[Tahdzibul Kamal, 6/182]

—(▴) Catatan: (▴)—

[¹] Beliau adalah seorang zahid (ahli zuhud), pemuka masyayikh di masanya, pemilik mau'izhah dan kalimat hikmah. Murid ats-Tsauri rahimahullah. Beliau tinggal di daerah perbatasan Islam, ribath (berjaga-jaga) dari serangan kaum kuffar. [Lihat Siyar A'lamin Nubala, Juz 9]

[²] Yakni bila amalan bid'ah itu dikerjakan oleh orang lain, maka dia akan mendapat dosa sebanyak orang yang ikut mengerjakannya, walaupun ahlul bid'ah itu telah meninggal. Adapun bila dia ditahdzir sehingga manusia tidak mengikutinya, maka dia hanya menanggung dosanya sendiri.

Url: http://bit.ly/Fw400611 { Judul dari Admin }
📮••••|Edisi| t.me/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: Arsip dari WA Thuwailibul 'Ilmisy Syar'i (TwIS) - Alih bahasa: Abu Abdillah Rahmat

0 komentar

Post a Comment