Sunday, January 5, 2020

Bagaimanakah Kaidah Mengangkat Tangan Ketika Berdoa?


🚇BAGAIMANAKAH KAIDAH MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDOA?

❱ Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin -rahimahullah- pernah ditanyakan:

▶️ Bagaimanakah kaidah (dhabith) mengangkat tangan ketika berdo’a?

Beliau –rahimahullah- menjawab dengan rincian yang amat bagus:

Mengangkat tangan ketika berdo’a ada tiga keadaan:

[※] Pertama: Ada dalil yang menunjukkan untuk mengangkat tangan.

Kondisi ini menunjukkan dianjurkannya mengangkat tangan ketika berdo’a. Contohnya adalah ketika berdo’a meminta diturunkannya hujan. Jika seseorang meminta hujan pada khutbah jum’at atau khutbah shalat istisqa’, maka dia hendaknya mengangkat tangan. Contoh lainnya adalah mengangkat tangan ketika berdo’a di Bukit Shafa dan Marwah, berdo’a di Arafah, berdo’a ketika melempar Jumrah al-Ula pada hari-hari tasyriq dan juga Jumrah al-Wustha. Oleh karena itu, ketika menunaikan haji ada enam tempat (yang dianjurkan) untuk mengangkat tangan (ketika berdo’a) yaitu:

[1] Ketika berada di Shafa,
[2] Ketika berada di Marwah,
[3] Ketika berada di Arafah,
[4] Ketika berada di Muzdalifah setelah shalat shubuh,
[5] Di Jumrah al-Ula di hari-hari tasyriq,
[6] Di Jumrah al-Wustho di hari-hari tasyriq.

Kondisi semacam ini tidak diragukan lagi dianjurkan untuk mengangkat tangan ketika itu karena adanya petunjuk dari Nabi [ﷺ] mengenai hal ini.

[※] Kedua: Tidak ada dalil yang menunjukkan untuk mengangkat tangan.

Contohnya adalah do’a di dalam shalat. Nabi [ﷺ] biasa membaca do’a istiftah: Allahumma ba’id baini wa baina khothoyaya kama ba’adta bainal masyriqi wal maghribi …; juga membaca do’a duduk di antara dua sujud: Robbighfirli; juga berdo’a ketika tasyahud akhir; namun beliau [ﷺ] tidak mengangkat tangan pada semua kondisi ini. Begitu pula dalam khutbah Jum’at, beliau [ﷺ] berdo’a namun beliau [ﷺ] tidak mengangkat kedua tangannya kecuali jika meminta hujan (ketika khutbah tersebut).

Barangsiapa mengangkat tangan dalam kondisi-kondisi ini dan semacamnya, maka dia telah terjatuh dalam perkara yang diada-adakan dalam agama ( bid’ah) dan melakukan semacam ini terlarang.

[※] Ketiga: Tidak ada dalil yang menunjukkan mengangkat tangan ataupun tidak.

Maka hukum asalnya adalah mengangkat tangan karena ini termasuk adab dalam berdo’a.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi [ﷺ], “Sesunguhnya Allah Maha Pemalu lagi Maha Mulia. Dia malu terhadap hamba-Nya, jika hamba tersebut menengadahkan tangan kepada-Nya, lalu kedua tangan tersebut kembali dalam keadaan hampa.” [HR. Abu Daud no. 1488 dan At Tirmidzi no. 3556. Syaikh al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini shahih]

Nabi [ﷺ] juga pernah menceritakan seseorang yang menempuh perjalanan jauh dalam keadaan kusut dan penuh debu, lalu dia mengangkat kedua tangannya ke langit seraya mengatakan: “Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!” Padahal makanannya itu haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dari yang haram. Bagaimana mungkin do’anya bisa dikabulkan?” [HR. Muslim no. 1015]

Dalam hadits tadi, Nabi [ﷺ] menjadikan mengangkat kedua tangan sebagai sebab terkabulnya do’a. Inilah pembagian keadaan dalam mengangkat tangan ketika berdo’a.


▶️ Namun, ketika keadaan kita mengangkat tangan, apakah setelah memanjatkan do’a diperbolehkan mengusap wajah dengan kedua tangan?

Yang lebih tepat adalah tidak mengusap wajah dengan kedua telapak tangan sehabis berdo’a karena hadits yang menjelaskan hal ini adalah hadits yang lemah (dho’if) yang tidak dapat dijadikan hujjah (dalil). Apabila kita melihat seseorang membasuh wajahnya dengan kedua tangannya setelah selesai berdo’a, maka hendaknya kita jelaskan padanya bahwa yang termasuk petunjuk Nabi [ﷺ] adalah tidak mengusap wajah setelah selesai berdo’a karena hadits yang menjelaskan hal ini adalah hadits yang lemah (dho’if).

📚[Liqo’at al-Bab al-Maftuh, 51/13, asy-Syabkah al-Islamiyah]


▶️ Hukum Mengangkat Tangan untuk Berdo’a Sesudah Shalat Fardhu

Pembahasan berikut adalah mengenai hukum mengangkat tangan untuk berdo’a sesudah shalat fardhu. Berdasarkan penjelasan di atas, kita telah mendapat pencerahan bahwa memang mengangkat tangan ketika berdo’a adalah salah satu sebab terkabulnya do’a. Namun, apakah ini berlaku dalam setiap kondisi?

Sebagaimana penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin di atas bahwa hal ini tidak berlaku pada setiap kondisi. Ada beberapa contoh dari Nabi [ﷺ] yang menunjukkan bahwa beliau tidak mengangkat tangan ketika berdo’a. Agar lebih jelas, mari kita perhatikan penjelasan Syaikh Ibnu Baz mengenai hukum mengangkat tangan ketika berdo’a sesudah shalat.

Beliau –rahimahullah- mengatakan:

Tidak disyari’atkan untuk mengangkat kedua tangan (ketika berdo’a) pada kondisi yang kita tidak temukan di masa Nabi [ﷺ] mengangkat tangan pada saat itu. Contohnya adalah berdo’a ketika selesai shalat lima waktu, ketika duduk di antara dua sujud (membaca do’a robbighfirli) dan ketika berdo’a sebelum salam, juga ketika khutbah jum’at atau shalat ‘ied. Dalam kondisi seperti ini hendaknya kita tidak mengangkat tangan (ketika berdo’a) karena memang Nabi [ﷺ] tidak melakukan demikian padahal beliau [ﷺ] adalah suri tauladan kita dalam hal ini. Namun ketika meminta hujan pada saat khutbah jum’at atau khutbah ‘ied, maka disyariatkan untuk mengangkat tangan sebagaimana dilakukan oleh Nabi [ﷺ].

Maka ingatlah kaedah yang disampaikan oleh beliau –rahimahullah- berikut :

“Kondisi yang menunjukkan bahwa Nabi [ﷺ] tidak mengangkat tangan, maka tidak boleh bagi kita untuk mengangkat tangan. Karena perbuatan Nabi [ﷺ] termasuk sunnah, begitu pula apa yang beliau tinggalkan juga termasuk sunnah.”

📚[Majmu’ Fatawa, 11/181]

Bagaimana Jika Tetap Ingin Berdo’a Sesudah Shalat? Ini dibolehkan, namun setelah berdzikir, dengan catatan tidak dengan mengangkat tangan. Syaikh Ibnu Baz -rahimahullah- mengatakan :

“Begitu pula berdo’a sesudah shalat lima waktu setelah selesai berdzikir, maka tidak terlarang untuk berdo’a ketika itu karena terdapat hadits yang menunjukkan hal ini. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak perlu mengangkat tangan ketika itu. Alasannya, karena Nabi [ﷺ] tidak melakukan demikian. Wajib bagi setiap muslim senantiasa untuk berpedoman pada al-Kitab dan as-Sunnah dalam setiap keadaan dan berhati-hati dalam menyelisihi keduanya. Wallahu waliyyut taufik.”

📚[Majmu’ Fatawanya,11/178]

Mengangkat tangan untuk berdo’a sesudah shalat Sunnah Asy-Syaikh Ibnu Baz -rahimahullah- mengatakan:

Adapun shalat sunnah, maka aku tidak mengetahui adanya larangan mengangkat tangan ketika berdo’a setelah selesai shalat. Hal ini berdasarkan keumuman dalil. Namun lebih baik berdo’a sesudah selesai shalat sunnah tidak dirutinkan. Alasannya, karena tidak terdapat dalil yang menjelaskan bahwa Nabi [ﷺ] melakukan hal ini. Seandainya beliau [ﷺ] melakukannya, maka hal tersebut akan dinukil kepada kita karena kita ketahui bahwa para sahabat –radhiyallahu ‘anhum jami’an- rajin untuk menukil setiap perkataan atau perbuatan beliau baik ketika bepergian atau tidak, atau kondisi lainnya. Adapun hadits yang masyhur (sudah tersohor di tengah-tengah umat) bahwa Nabi [ﷺ] bersabda, “Di dalam shalat, seharusnya engkau merendahkan diri dan khusyu’. Lalu hendaknya engkau mengangkat kedua tanganmu (sesudah shalat), lalu katakanlah : Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!” Hadits ini adalah hadits yangdho’if (lemah), sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Ibnu Rajab dan ulama lainnya.

Wallahu waliyyut taufiq.

📚[Majmu’ Fatawanya, 11/181]

Url: http://bit.ly/Fw410501
📮••••|Edisi| t.me/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: Arsip WA FIS Forum Ikhwah Salafy - Al-Ustadz Yahya al-Lampungi hafizhahullah / Dari: DarusSalaf•or•id { http://bit.ly/2SUK8lr }

0 komentar

Post a Comment