Saturday, February 2, 2019

Bantahan Ringkas Untuk Menangkal Syubhat Radikalis Khawarij (Khawarij vs Ahlussunnah)


🚇BANTAHAN RINGKAS UNTUK MENANGKAL SYUBHAT RADIKALIS KHAWARIJ (KHAWARIJ VS AHLUSSUNNAH)

Khawarij:
Apakah memberontak penguasa yang zhalim menyelisihi prinsip ahlussunnah?

Ahlus Sunnah:
Ya!

* *

Khawarij:
Mana dalilnya?

Ahlus Sunnah:
Dalilnya adalah hadits 'Ubadah (Rasulullah [ﷺ] bersabda) yang artinya:
“ ...(wajib mentaati penguasa) kecuali jika kamu melihat penguasa telah kafir secara terang-terangan.”

* *

Khawarij:
KEMAKSIATAN sama dengan KEKAFIRAN.

Ahlus Sunnah:
Salah! Kamu menyelisihi.

Hadits 'Auf bin Malik (artinya):
“... ketahuilah, barangsiapa yang dipimpin oleh seorang penguasa kemudian ia melihat pemimpinnya melakukan suatu kemaksiatan kepada Allah maka bencilah kemaksiatannya, namun janganlah mencabut ketaatan kepadanya.”

* *

Khawarij:
Umar -rodliyallohu 'anhu berkata:
“Qowwimuuniy.” (luruskanlah aku)

Ahlus Sunnah:
Jika hal itu benar, makna "at-taqwiim" maknanya adalah MEMBENAHI bukan MEMBONGKAR (penguasa).

* *

Khawarij:
Sampai kapan kita bersabar (terhadap penguasa yang dholim)?

Ahlus Sunnah:
Hadits Usaid:
“... (bersabar) hingga kamu bertemu aku di telaga (di akhirat).”

* *

Khawarij:
Bagaimana dengan hak kita yang telah dirampas penguasa?

Ahlus Sunnah:
Hadits Ibnu Mas'ud:
“...dan mintalah hak-hakmu kepada Allah.”

* *

Khawarij:
Mentaati penguasa hanya untuk penguasa yang kami ridhoi bukan kepada orang yang mengambil kekuasaan secara paksa/zhalim.

Ahlus Sunnah:
Hadits Al-'Irbadl (artinya) :
“...(taatilah) meskipun yang memerintahmu adalah seorang budak (hitam) dari habasyah (afrika).”
(Dalam syari'at Islam seorang budak tidak boleh jadi penguasa, pent.)

* *

Khawarij:
Bersabar hanya berlaku terhadap penguasa yang menerapkan syariat tetapi (yang kesalahannya) masih bisa ditolerir. Adapun penguasa yang tidak mengambil syariat sebagai petunjuk dan menghukumi dengan hawa nafsunya, maka nash-nash dalil (yang memerintahkan taat) tidak bisa diterapkan terhadap orang yang seperti ini.

Ahlus Sunnah:
Kamu dusta! (Ketaatan tetap diberikan kepadanya) berdasarkan hadits Hudzaifah:
“...mereka tidak membimbing dengan bimbingan (sunnah)ku .... namun tetaplah mendengar dan mentaatinya).”

* *

Khawarij:
Seperti apa pendirian salaf?

Ahlus Sunnah:
Mereka telah sepakat tentang haramnya memberontak. Ijma' (kesepakatan) mereka telah dinukil oleh Imam an-Nawawiy, Ibnu Hajar, Ibnu Taimiyah dan asy-Syaukaniy.

* *

Khawarij:
Bagaimana mungkin mereka dikatakan BERSEPAKAT sementara Ibnu Az-Zubair melakukan pemberontakan?

Ahlus Sunnah:
Kamu dusta. Ibnu Az-Zubair tidaklah memberontak penguasa, karena saat itu kaum muslimin tidak memiliki imam yang bersifat umum. Demikian pula kepemimpinan saat itu sedang vakum setelah meninggalnya Yazid. Setelah itu Ibnu az-Zubair dibaiat oleh penduduk Makkah, penduduk Hijaz-pun tunduk kepadanya.

* *

Khawarij:
Lalu bagaimana dengan pemberontakan terhadap Al-Husain?

Ahlus Sunnah:
Dia tidak memberontak untuk mengambil alih kekuasaan, namun penduduk Bashroh yang memintanya dan mengatakan:
“Terimalah permintaan kami, kami tidak mempunyai pemimpin.”

Namun ketika dia mengetahui bahwa kepemimpinannya mengandung rekayasa, dia menyesal dan meminta udzur untuk kembali kepada keluarganya atau pergi ke Yazid atau pergi ke perbatasan. Namun permintaannya ditolak oleh orang-orang yang zhalim. Kemudian al-Husain dibunuhnya dalam keadaan dizhalimi dan mati syahid -radliyallahu 'anhu.

* *

Khawarij:
Sungguh terjadi pemberontakan pula selain dua kasus di atas, apakah tetap dikatakan telah terjadi ijma'?

Ahlus Sunnah:
Ibnu Hajar berkata:
“Keluarnya sebagian salaf untuk mengambil alih kekuasaan terjadi sebelum terjadinya ijma' (konsensus) atas haramnya memberontak penguasa yang zhalim.” [Lihat: Marqootul Mafaatih, hadits no. 1125]

Imam an-Nawawiy mengatakan:
“Dikatakan bahwa pada awalnya memang terjadi perbedaan pendapat, namun kemudian tercapailah KESEPAKATAN tentang dilarangnya memberontak penguasa.”

* *

Khawarij:
Harga barang di pasaran pada naik, terjadi krisis ekonomi disebabkan oleh kedholiman penguasa.

Ahlus Sunnah:
Jika rakyat memberontak, maka keadaan ekonomi akan lebih parah lagi . Dan sungguh akan hilanglah keamanan. Akan terjadi pula pertumpahan darah dan perusakan kehormatan. Setiap orang yang mengerti sejarah akan yakin bahwa pemberontakan tidak membawa perubahan kepada yang lebih baik ... sama sekali.

* *

Khawarij:
Kalau begitu apa solusinya?

Ahlus Sunnah:
Allahu akbar, Allahu akbar. Solusinya adalah taubat dan istighfar.

Allah ta'ala berfirman (artinya):
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum hingga mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.”

Maka rubahlah kesyirikan dengan tauhid, rubahlah kebid'ahan dengan sunnah dan rubahlah kemaksiatan dengan ketaatan.

Allah ta'ala berfirman (artinya):
“Dan seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, sungguh Kami akan membukakan keberkahan untuk mereka dari langit dan bumi.” [QS Al-A'raf]

Sebagian salaf mengatakan ketika harga barang-barang pada naik:
“Turunkanlah AS'AAR (harga barang) dengan ISTIGHFAAR.”


1⃣⚡️كسر أعظم شبهات خوارج....

🔺قالوا: هل الخروج على الظالم مخالف لأصول أهل السنة؟
🔻قلنا: نعم. قالوا: أين الدليل؟ قلنا: حديث عبادة ( إلا أن تروا كفرا بواحا)

🔺قالوا: الكفر = المعصية.
🔻قلنا: خطأ، لحديث عوف بن مالك (ألا من ولي عليه والي فرآه يأتي شيئا من معصية الله فليكره ما يأتي من معصية الله و لا ينزعن يداً من طاعة)

🔺قالوا: عمر رضي الله عنه قال: (قوموني)
🔻قلنا: إن صحت فالتقويم=الإصلاح وليس التغيير.

🔺قالوا: نصبر إلى متى؟
🔻قلنا: حديث أسيد (حتى تلقوني على الحوض).

🔺قالوا: كيف نأخذ حقنا؟
🔻قلنا: حديث ابن مسعود (وتسألون الله الذي لكم)

🔺قالوا: الطاعة للحاكم الذي ارتضيناه، لا لمن تغلب.
🔻قلنا: حديث العرباض (وإن تأمر عليكم عبد حبشي)

🔺قالوا: الصبر على الذي يحكم بالشرع لكن يتجاوز أما من لا يهتدي بالشرع و يحكم بهواه فلا تجرى عليه هذه النصوص.
🔻قلنا: كذبتم، لحديث حذيفة (لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي.........فاسمع وأطع)

🔺قالوا: أين فهم السلف؟
🔻قلنا: أجمعوا على حرمة الخروج، نقل الإجماع: النووي وابن حجر وابن تيمية و الشوكاني.

🔺قالوا: كيف أجمعوا وهذا ابن الزبير قد خرج؟
🔻قلنا: كذبتم، لم يخرج على ولي الأمر لأنه لم يكن آنذاك للمسلمين إمام عام، و كان الأمر مترددا بعد و فاة يزيد، وابن الزبير بايعه أهل مكة وخضعت له الحجاز.

🔺قالوا: فماذا عن خروج الحسين؟
🔻قلنا: لم يخرج لمنازعة الأمر وغرر به أهل البصرة و قالوا له أقبل إلينا ليس علينا إمام، فلما تبينت له الخدعة ندم وطالب بالرجوع إلى أهله أو الذهاب إلى يزيد أو إلى الثغور، فلم يمكنه الظلمة وقتلوه مظلوما شهيدا رضي الله عنه.

🔺قالوا: وقد خرج غيرهما فأين الإجماع؟
🔻قلنا: قال ابن حجر (خروج جماعة من السلف كان قبل استقرار الإجماع على حرمة الخروج على الجائر) (مرقاة المفاتيح-ح:1125) .و نقل النووي: (و قيل إن هذا الخلاف كان أولاً ثم حصل الإجماع على منع الخروج عليهم)

🔺قالوا: ارتفعت الأسعار وصعبت المعيشة بسبب ظلم الحاكم.
🔻قلنا: لو خرج الشعب لضاق العيش أكثر، ولفقد الأمن ولسفكت الدماء و هتكت الأعراض، وكل من عرف التاريخ يوقن أن الخروج ما جاء بيوم خير قط.

🔺قالوا: إذن ما الحل؟
🔻قلنا: الله أكبر الله أكبر،
الحل: التوبة والاستغفار (إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم)
غيروا الشرك إلى التوحيد و البدعة إلى السنة والمعصية إلى الطاعة...(و لو أن أهل القرى آمنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء والأرض)[ الأعراف]
وقيل لبعض السلف: (غلت الأسعار قال: أخفضوها بالإستغفار).

Url: http://bit.ly/Fw400519
📮••••|Edisi| t.me/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: Tg @KEUTAMAANILMU - Alih Bahasa: Al-Ustadz Syamsu Muhajir hafizhahullah / Dari: WA An-Nasihah As-Salafiyyah, Ikhwah Salafiy Al-Jazair

0 komentar

Post a Comment