Sunday, October 14, 2018

Ketegasan Para Ulama Salaf Mengikapi Orang Yang Duduk Bermajelis Dengan Ahlul Bid'ah & Ahlul Ahwa, Serta Melarang Dari Mendengarkan (Kaset & Ceramah) Mereka Dan Juga Membaca Kitab-kitab Mereka


🚇KETEGASAN PARA ULAMA SALAF MENGIKAPI ORANG YANG DUDUK BERMAJELIS DENGAN AHLUL BID'AH & AHLUL AHWA, SERTA MELARANG DARI MENDENGARKAN (KASET & CERAMAH) MEREKA DAN JUGA MEMBACA KITAB-KITAB MEREKA

[⚙️] (➊)

((🔥)) Al-Fudlail bin Iyyadl berkata:
| “Siapa yang duduk dengan ahli bid’ah maka berhati-hatilah darinya dan siapa yang duduk dengan ahli bid’ah tidak akan diberi al-Hikmah. Dan saya ingin jika antara saya dan ahli bid’ah ada benteng dari besi yang kokoh. Dan saya makan di samping yahudi dan nashrani lebih saya sukai daripada makan di sebelah ahli bid’ah.” [Al-Lalikai, 4/638 nomor 1149]

((🔥)) Hanbal bin Ishaq berkata, saya mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad) berkata:
| “Tidak pantas seseorang itu bersikap ramah kepada ahli bid’ah, duduk dan bergaul dengan mereka.” [Al-Ibanah, 2/475 nomor 495]

((🔥)) Dari Habib bin Abi az-Zabarqan ia berkata, Muhammad bin Sirin apabila mendengar ucapan ahli bid’ah, menutup telinganya dengan jarinya kemudian berkata:
| “Tidak halal bagiku mengajaknya berbicara sampai ia berdiri dan meninggalkan tempat duduknya.” [Al-Ibanah, 2/473 nomor 484]

((🔥)) Seorang ahli ahwa’ berkata kepada Ayyub as-Sikhtiyani:
| “Hai Abu Bakr, saya ingin bertanya tentang satu kalimat.”

Beliau menukas -sambil berisyarat dengan jarinya-:
| “Tidak, meskipun setengah kalimat. Tidak, meskipun setengah kalimat.” [Al-Ibanah 2/447, nomor 402]

((🔥)) Imam Ahmad berkata dalam risalahnya untuk Musaddad:
| “Jangan kamu bermusyawarah dengan ahli bid’ah dalam urusan agamamu dan jangan jadikan dia teman dalam safarmu (bepergian).” [Al-Adabus Syari’ah Ibnu Muflih, 3/578]

((🔥)) Ibnul Jauzy berkata:
| “Allah, Allah. Janganlah berteman dengan mereka ini (ahli bid’ah). Dan wajib kamu cegah anak-anak kecil bergaul dengan mereka agar jangan terpatri sesuatu (perkara bid’ah) dalam hati mereka dan jadikan mereka sibuk (mempelajari) hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam agar watak mereka terbentuk di atasnya.” [Ibid. 3/577-578]

((🔥)) Imam al-Barbahary berkata:
| “Apabila tampak bagimu satu perkara bid’ah pada seseorang maka jauhilah dia sebab sesungguhnya yang dia sembunyikan darimu jauh lebih banyak dari yang dia tampakkan.” [Syarhus Sunnah, hal. 123 nomor 148]

Dan kata beliau:
| “Perumpamaan ahli bid’ah itu seperti kalajengking, mereka menyembunyikan kepala dan badan mereka di dalam tanah dan mengeluarkan ekornya maka jika mereka telah mantap dengan posisinya maka mereka menyengat mangsanya. Demikian pula ahli bid’ah, mereka menyembunyikan bid’ah di tengah-tengah manusia lalu apabila mereka telah mantap dengan kedudukannya mereka sampaikan apa yang mereka inginkan.” [Thabaqat Hanabilah, 2/44]

Saya (Jamal bin Farihan) katakan,
| “Demikianlah keadaan Ikhwanul Muslimin (dan kelompok dakwah sempalan lainnya, pent.) mereka mencari kedudukan dan jika telah mantap posisi mereka maka mulailah mereka melancarkan tindakan-tindakan dalam menyelisihi Ahlus Sunnah.”

📚[Kilauan Mutiara Hikmah Dari Nasihat Salaful Ummah, terjemah dari kitab Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur, karya Syaikh Abu Abdillah Jamal bin Furaihan al-Haritsi, Alih bahasa: Al-Ustadz Idral Harits, Pengantar Al-Ustadz Muhammad Umar as-Sewed hafizhahumallah]


[⚙️] (➋)

((🔥)) Al-Imam Abu ‘Utsman Ismail Ash Shabuni rahimahullah mengatakan -ketika menerangkan sikap dan pendirian Salafus Shalih terhadap bid’ah dan Ahlul Bid’ah-:

“Salafus Shalih
| membenci Ahlul Bid’ah yang (mereka itu) mengada-adakan perkara baru dalam agama ini yang (justru) bukan berasal dari agama itu sendiri.

Salafus Shalih
| tidak mencintai Ahlul Bid’ah,
| tidak mau bersahabat dengan mereka,
| tidak mendengar perkataan mereka,
| tidak duduk bermajelis dengan mereka,
| tidak berdebat dengan mereka dalam masalah agama,
| bahkan tidak mau berdialog dengan mereka.

Salafus Shalih
| selalu menjaga telinga jangan sampai mendengar kebathilan Ahlul Bid’ah yang dapat menembus telinga dan membekas di dalam hati, dan akhirnya menyeret segala bentuk was-was dan pemikiran-pemikiran yang rusak.” [Aqidah Salaf Ashabul Hadits, hal. 114-115]

((🔥)) Dan mengenai sikap terhadap mereka (Ahlul Bid’ah) ini, Allah Ta’ala berfirman:
| “Dan jika kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka mengadakan pembicaraan yang lain.” [Al An’am: 68]

((🔥)) Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Muflih, mengatakan:
| “Dan adalah Salafus Shalih itu selalu melarang manusia duduk bermajelis dengan Ahlul Bid’ah, membaca kitab-kitab mereka, dan memperhatikan ucapan mereka.” [Al-Adabus Syari’ah, 1/125]

((🔥)) Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
| “Tidak perlu adanya jaminan (minta izin) untuk membakar buku-buku sesat dan memusnahkannya.” [Ath-Thariq al-Hakimiyah, hal. 227]


Fatwa Syaikh Shalih Fauzan

((🔥)) Syaikh ditanya:
| “Bagaimana pendapat yang haq (benar) tentang orang yang membaca buku-buku bid’ah dan mendengar kaset-kaset ceramah mereka (Ahlul Bid’ah)?”

Beliau mengatakan:
| “Tidak boleh membaca buku-buku bid’ah, mendengar kaset-kaset mereka kecuali orang-orang yang ingin membantah dan menerangkan kesesatan mereka kepada ummat.” [Al-Ajwibah al-Mufidah, hal. 70]


Fatwa Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i

Tentang bolehnya membakar kitab al-Khuthuth al-‘Aridlah ‘Abdur Razzaq as-Sayaji ini, Syaikh mengatakan (dalam kaset Min Wara’i At Tafjirat fi Ardlil Haramain) beberapa fatwa tentang kitab ini, diantaranya boleh membakar kitab ini (yakni kitab Khuthuth al-‘Aridlah). Dan Syaikh juga mengingatkan agar kita berhati-hati dari Majalah as-Sunnah yang diterbitkan oleh Muhammad as-Surur. Beliau menyebutkan bahwa majalah ini lebih pantas dinamakan dengan Majalah al-Bid’ah.

... Dan majalah ini –dengan berbagai dalil yang mereka keluarkan– justeru menyimpang jauh dari as-Sunnah dan Manhaj Salafus Shalih. Seandainya mereka memang –sungguh-sungguh– mengajak ummat untuk kembali berpegang dan mengamalkan Sunnah dengan benar, maka salah satu ciri da’i yang mengajak kepada (pengamalan) as-Sunnah itu adalah mencintai Ahlus Sunnah dan para ‘Ulamanya.

((🔥)) Abu ‘Utsman Isma’il ash-Shabuni mengatakan (menukil dari Abu Hatim ar-Razi rahimahumallah):
| “Tanda-tanda (ciri-ciri) Ahlul Bid’ah adalah cercaan mereka terhadap Ahlul Atsar (Ahlul Hadits).” [Aqidah Salaf Ashabul Hadits, hal. 118]

((🔥)) Imam Ahmad bin Sinan rahimahullah mengatakan :
| “Tidak ada satupun Ahlul Bid’ah di dunia ini melainkan ia pasti membenci Ahlul Hadits. Dan jika seseorang berbuat satu saja kebid’ahan, niscaya tercabutlah manisnya hadits Rasulullah dari dalam hatinya.” [Ibid, hal. 116]

Url: http://bit.ly/Fw400205 { Judul & Suntingan dari Admin }
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: Situs Salafy•Or•Id
(➊) https://goo.gl/7V2ekV
(➋) https://goo.gl/8FNK96

0 komentar

Post a Comment