Friday, February 23, 2018

Shulh Bukan Pemutihan


🚇SHULH BUKAN PEMUTIHAN

[ Menguak tabir kedustaaan dari sebuah video yang beredar yang diberi judul “Pemutihan Tahdzir dari Syaikh DR. Rabi’ ...” yang pada asalnya merupakan salah satu audio tanya jawab bersama Ustadz Muhammad as-Sewed hafizhahullah kemudian dijadikan video (Link Videonya kami lampirankan di bawah)[¹] yang isinya telah dirubah dan dipotong tidak pada tempatnya sehingga mengubah kandungan dan makna yang telah tersampaikan seperti dalam audio aslinya.

Silahkan disimak audio asli yang telah kami sertakan juga dengan transkripnya di bawah agar para pembaca semua bisa mempersaksikan sendiri betapa bejatnya KEDUSTAAN pembuat video ini sehingga tersingkap pula bahwa mereka memiliki tujuan jahat dibalik semua ini. Walillahilhamd ]

❱ Faidah dari Al-Ustadz Muhammad bin ‘Umar as-Sewed hafizhahullah

[ Pertanyaan ]

Min fadhlikum, mohon bimbingannya terkait shulh antara beberapa asatidzah dihadapan Syaikh Rabi’.

Apakah shuluh itu berarti mencabut tahdzir kepada Dzulqarnain dan yang bersamanya? Apakah shuluh itu berarti dibolehkan untuk bergaul dan bermajelis dengan orang-orang yang condong kepadanya?

[ Jawaban ]

Ikhwani fiddin a’azzakumullah,

“SHULH ITU BUKAN PEMUTIHAN..!!” Dengan shulh, semua buyar..!? Ucapan para ulama, ucapan masyayikh, tahdzir Syaikh Rabi’ kepada beberapa orang termasuk Dzulqarnain, terus gugur semua..!? Ya akhi, ini namanya pemelintiran..!!

Ini Shulh (upaya mendamaikan, ed), bukan pemutihan. Shuluh diantara mereka-mereka yang tidak ditahdzir, Ahlussunnah, Salafiyyun. Adapun yang ditahdzir karena sesuatu penyimpangan, ya tetap menyimpang, apa lagi ditahdzir karena akhlaknya yang bejat. Selama terbukti dia masih belum berubah, ya tetap (berlaku tahdzir, ed). Kok jadi pemutihan, semua dibangkitkan dari kuburnya begitu?

Nas-alullah as-salaamah wal ‘aafiyah.

Shuluh (artinya, ed) diantara Ahlissunnah, diantara Salafiyyun untuk jangan lagi saling menjatuhkan, jangan saling mentahdzir, jangan saling membicarakan kejelekan-kejelekan di mimbar-mimbar, di majelis-majelis, jangan!!

Makanya kemarin saya bicara di Palembang dan banyak yang bertanya-tanya kebingungan, bahawasanya diantara yang merusak shulh adalah beredarnya di Indonesia berita tentang “sha‘aafiqah”, “sha‘aafiqah”, “sha‘aafiqah”, “sha‘aafiqah”, itu merusak shulh.

Yang kita undang kemarin, Syaikh Abdul Wahid -hafizhahullah- dengan nasehat Syaikh Rabi’, dengan tadzkiyah Syaikh Rabi’, itu termasuk yang di-“sha‘aafiqah”-kan oleh mereka!! Maka kita katakan, “Jika kalian tetap berbicara seperti ini, artinya kalian nantang perang dan kemudian kita ribut kembali..!!” Kan iya?? Katanya mau shuluh..!? Ada apa kalian terbawa dengan berita-berita yang seperti itu..??

Padahal Syaikh Rabi’ masih tetap menyatakan tidak, “Mereka Ahlussunnah.” (Shubhat:) “Sudah ada buktinya sekian (tersampaikan, ed) kepada Syaikh Rabi’, mungkin tidak dibaca oleh Syaikh Rabi’.” (Bantahan:) “Aku baca satu persatu dan aku tidak lihat ada alasan yang bisa diterima.” Mau apa..??

Maka kita tetap di dalam bimbingan Syaikh Rabi’, dalam bimbingan Syaikh Ubaid, dalam bimbingan Syaikh Abdullah al-Bukhari, dalam bimbingan masyayikh dan para ulama yang lain (hafizhahumullah, ed).

📚[Masjid al-Jihad , Cilacap // Ahad, 25 Jumadil Ula 1439H ~ 11 Feb. 2018M]

📀 // Dengarkan audionya di:
- https://t.me/ukhuwahsalaf/5479
- https://goo.gl/YGydg9

Url: http://bit.ly/Fw390605
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

Catatan:
[¹] Link video: https://t.me/ukhuwahsalaf/5480

// Sumber: Channel Telegram @tp_alhaq

0 komentar

Post a Comment