Thursday, December 17, 2020

Kesejukan Air Mengalir Bahwa Al-Haq Diterima Meskipun Dari Orang Majhul Dan Kafir ( Bag. 2 :: Seri 2 )



🚇KESEJUKAN AIR MENGALIR BAHWA AL-HAQ DITERIMA MESKIPUN DARI ORANG MAJHUL DAN KAFIR

( Bag. 2 :: Seri 2 )

Oleh: Asy-Syaikh Abul ‘Abbas Yasin bin ‘Ali al-Hausyabi al-‘Adani rahimahullah

▶️ [ 2 ] Jika kebenaran itu hanya terdapat dalam al-Kitab dan as-Sunnah mengapa kita harus menerimanya dari ahlil bathil?? Bukankah selayaknya kita mengambil kebenaran itu hanya terbatas pada al-Kitab dan as-Sunnah saja??

[ Jawab ]

Jika kamu ditanya oleh seorang yang awam: “Seorang Yahudi berkata kepadaku: “Sesungguhnya Allah itu di langit. Apakah ucapan Yahudi itu benar ataukah salah?”

((🔥)) Tidak diragukan lagi bahwa semua orang yang berakal akan mengatakan bahwa ucapan si Yahudi itu benar.

= Bila demikian, kamu menerima ucapan Yahudi tadi adalah karena sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah.

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam “Fatawa al-Haram al-Makki” 1420 kaset II side B berkata ketika beliau menjelaskan permasalahan ini:

((🔥)) “Hal itu kita lakukan karena kita menerima kebenaran demi kebenaran itu sendiri.”

Bukti terbaik dalam masalah di atas adalah apa yang dilakukan Rasulullah [ﷺ] ketika beliau menerima ucapan seorang Yahudi –sebagaimana telah lewat penyebutannya pada pembahasan pertama dalam Irsyadul Fuhul [ ¹ ] silahkan lihat kembali.

Ketika itu Rasulullah tidak lantas berkata: “Mereka adalah orang kafir, ucapan mereka salah, dan tidak kita terima.”

Para pembaca sekalian, mari bersama kita perhatikan hadits ‘Abdillah bin Mas’ud ini: Ada seorang Pendeta Yahudi mendatangi Rasulullah [ﷺ] seraya berkata:

“Wahai Muhammad atau Wahai Abul Qosim, sesungguhnya pada Hari Kiamat nanti Allah Ta’ala akan memegang langit dengan jari-Nya, gunung-gunung dan pepohonan dengan jari-Nya yang lain, air dan embun dengan jari-Nya yang lain lagi, serta semua makhluk juga dengan jari-Nya yang lain pula, kemudian Dia menggoncangkannya dan berkata: “Aku lah Raja, Aku lah Raja.” Mendengar itu Rasulullah [ﷺ] tertawa karena kagum dengan ucapan si Yahudi tadi serta membenarkanya seraya beliau membaca ayat:

{ وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ }

“Mereka tidaklah mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Ku pada Hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.” [Az-Zumar: 67]

Berkata al-Imam An-Nawawi –semoga Allah merahmati beliau-:

“Hadits itu menunjukkan bahwa tertawanya Rasulullah [ﷺ] itu adalah karena beliau membenarkan apa yang telah di ucapkan oleh si yahudi tersebut, terbukti dengan beliau membaca ayat yang menunjukkan benarnya apa yang telah di ucapkan oleh si Yahudi itu.”

Bukanlah landasan kita menolak suatu ucapan hanya disebabkan yang mengucapkannya adalah seorang yang menyelisihi kebenaran atau seorang mubtadi’, kita menolaknya karena apa yang dia ucapkan itu adalah suatu kesesatan.

Syaikhul Islam berkata dalam kitabnya “Dar’ut Ta’arudh (I/120):

Sisi ke-17: “Orang-orang yang menolak al-Kitab dan as-Sunnah dengan sesuatu yang mereka istilahkan sebagai akal, baik dari kalangan ahlul kalam, para filosof, dan orang-orang yang sejalan dengannya, mereka semua menegakkan pemikiran mereka dengan ucapan-ucapan yang masih samar dan global, yang mengandung lebih dari satu makna, sehingga terjadi kerancauan padanya dan tercampur-adukkan antara makna yang haq dan yang bathil, adapun jika kebenaran maka diterima

… Inilah pangkal kesesatan orang-orang yang telah tersesat dari kalangan umat sebelum kita, dan inilah pangkal kebid’ahan dalam agama. Karena kebid’ahan kalau seandainya murni kebatilan maka akan tampak dan terlihat oleh manusia bahwa itu adalah kebid’ahan dan tidak akan diterima, atau sebaliknya kalau seandainya murni kebenaran tidak ada kerancuan padanya maka berarti sesuai dengan sunnah. Karena sunnah tidak akan bertentangan dengan kebenaran murni yang tidak ada kebatilan padanya. Namun kebid’ahan mencampur antara kebenaran dan kebathilan, dan hal ini telah kami jelaskan dengan tuntas di tempat lain.”


Bersambung insya Allah ...

Catatan: [ ¹ ] Yang sudah kami terjemahkan dengan judul Kesejukan Air Mengalir bahwa Kebenaran diterima dari Majhul dan Kafir

📮••••[ Edisi Faidah ]
/ t.me/ukhuwahsalaf
/ www.alfawaaid.net

✍🏻__ [ Dari ]
/ bit.ly/3pnSfVk

0 komentar

Post a Comment