Tuesday, December 15, 2020

Kesejukan Air Mengalir Bahwa Al-Haq Diterima Meskipun Dari Orang Majhul Dan Kafir ( Bag. 2 :: Seri 1 )



🚇KESEJUKAN AIR MENGALIR BAHWA AL-HAQ DITERIMA MESKIPUN DARI ORANG MAJHUL DAN KAFIR

( Bag. 2 :: Seri 1 )

Oleh: Asy-Syaikh Abul ‘Abbas Yasin bin ‘Ali al-Hausyabi al-‘Adani rahimahullah

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله تعالى من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم.

أما بعد:


Pada tulisan sebelumnya, telah saya kumpulkan beberapa dalil dari al-Kitab dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman para pemimpin ummat ini dari kalangan Ulama’, yaitu tentang permasalahan “Menerima kebenaran dari siapapun yang membawanya”.

[ ✓ ] Ahlus Sunnah –jazahumullah khairan– menerima kaidah ini, hal itu karena permasalahan ini ditopang oleh dalil-dalil yang kuat dan jelas. Dan memang demikian lah keadaan Ahlus Sunnah.

Kemudian terlintas dalam benak saya untuk menguatkan penjelasan-penjelasan saya pada pembahasan yang telah lalu agar tidak terjadi salah faham (walau sebenarnya banyak dari kalangan Ahlus sunnah yang telah membacanya dan mereka terkagum serta memuji tulisan itu, walhamdulillah) dengan beberapa untaian kalimat yang telah tertulis, sementara yang wajib adalah menjelaskan kesamaran kalimat yang dikhawatirkan orang awam akan tertipu dengannya, baik itu karena kecerobohan atau karena pemahaman yang jelek. Maka Ahlus Sunnah adalah orang yang paling menyayangi dan mengasihi manusia secara umum, serta paling bersemangat untuk memberikan hidayah kepada semua manusia dari pada diri mereka (manusia itu) sendiri.


Penguatan atas tulisan yang telah lalu saya bagi menjadi beberapa poin.

▶️ [ 1 ] Perbedaan antara “menerima kebenaran” dari Ahlil Bida’ dengan “menerima ilmu/belajar di sisi mereka”

Adapun kami –segala puji bagi hanya milik Allah, dan seperti yang telah diketahui oleh saudara-saudara kami– kami tidak pernah menasehatkan seorang pun untuk belajar di sisi ahli bida’. Akan tetapi di sana ada perbedaan antara “menerima kebenaran” dari ahli bida’ dengan “menerima ilmu/belajar di sisi mereka”.

Berkata Syaikh al-‘Utsaimin –semoga Allah merahmati beliau-:

“Yang dinyatakan oleh Syaikhul Islam inilah yang benar, yaitu kamu menerima kebenaran dari kelompok manapun juga, apakah itu dari kelompok tashawwuf, kalangan fuqaha atau ulama’ syari’ah.

Adapun jika kita mengatakan: “Kita tidak akan menerima apapun dari mereka dan semua yang mereka bawa adalah kesalahan,” maka ucapan ini tidak benar.

Al-Imam Ahmad –semoga Allah merahmati beliau– pernah duduk di sisi ahli tashawwuf agar hati beliau menjadi lembut, dengan kata lain, mereka memiliki pelembut hati dan menjauhkan diri dari dunia yang tidak dimiliki oleh kelompok lain, maka jangan sampai terlalu berlebihan dan jangan pula terlalu kaku.

Ambillah kebenaran itu dari siapapun yang membawanya. Apakah dari ahli tashawwuf, ahli fiqh atau yang lainnya. Dan perbandingan mereka adalah seperti Yahudi dan Nashara, bahwa Ulama syari’ah memandang ahli tashawwuf tidak memiliki apa-apa, sebaliknya ahli tashawwuf memandang ulama’ syari’ah tidak memiliki apa-apa.

Adapun belajar di sisi mereka –ya’ni ahli tashawwuf– akan menyebabkan mereka bangga dan merasa berada di atas kebenaran sehingga menyebabkan mereka terus berada di atas kesesatannya, juga hal itu bisa menipu orang yang lain dengan berkata: “Lihatlah si fulan (ahlus sunnah) dia duduk bersama fulan (tashawuf), dan fulan (ahlus sunnah) belajar di sisi fulan (tashawuf) …”

Adapun menerima kebenaran, maka terimalah kebenaran itu dari siapapun yang membawanya, sekalipun dia seorang Yahudi atau Nashara, bahkan sekalipun dari Syaithan”.

— Usai penukilan ucapan Syaikh al-‘Utsaimin sesuai dengan huruf, ma’na, dan lafadznya (yakni sudah kami terjemahkan).

Inilah penjelasan para ‘Ulama, ambillah pasti kamu akan beruntung.

Peringatan:

Ahli tashawwuf masa kini. tidaklah sama dengan ahli tashawwuf yang disebutkan oleh Syaikh al-‘Utsaimin. Karena ahli Tashawwuf pada masa kita ini, mereka memiliki penyimpangan dan kesesatan yang banyak sekali bahkan tak jarang kamu dapati pada masa ini adanya seorang yang mengaku dari ahli tashawwuf namun dia adalah orang yang paling serakah terhadap dunia, berapa banyak harta yang telah mereka makan dengan mengatas namakan agama? Terlebih mereka-mereka yang menjadi juru kunci kuburan dan tempat-tempat keramat.

Bersambung insya Allah ...

📮••••[ Edisi Faidah ]
/ t.me/ukhuwahsalaf
/ www.alfawaaid.net

✍🏻__ [ Dari ]
/ bit.ly/3pnSfVk

0 komentar

Post a Comment