Thursday, July 16, 2020

[Video] Boleh Isbal Jika Tidak Sombong?!!



🚇BOLEH ISBAL JIKA TIDAK SOMBONG?!!

❱ Disampaikan oleh Muhammad bin Umar as-Sewed hafizhahullah

Simak selengkapnya di:
📹 youtu.be/GUHFV8tQA7E
📜 bit.ly/VidF411101 (Transkrip)
( HQ - Durasi: 09:40 )

Maka ikhwani fiddin a’azzakumullah

Pada jum'at kali ini kita ingatkan satu perkara satu Sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ tapi kebanyakan kaum muslimin meremehkannya, mengabaikannya & melupakannya yaitu ucapan Rasulullah ﷺ untuk kita jangan menjulurkan pakaiannya di bawah mata kaki.

Rasulullah ﷺ memerintahkan agar seorang Mukmin menaikkan pakaiannya setengah betis.

Kata nabi, “Pakaian seorang Mukmin adalah setengah betis dan apa yang di bawah mata kaki maka dia dalam neraka.” Hadits ini shahih dalam riwayat bukhari dalam shahihnya.

Maka ikhwani fiddin a’azzakumullah

Kalimat Rasulullah yang ringkas dan mudah dihafal … “Apa yang di bawah mata kaki di dalam neraka.”

Maka ini adalah ucapan dari seorang yang diutus oleh Allah subhanahu wa ta'ala, yang diutus untuk ditaati yang diutus agar kita mengikutinya. Dan Allah subhanahu wa taala mengulang ulangi kalimat … { أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ ... } “Taatilah Allah dan taatilah Rasul.”

Maka jangan bodoh jangan mengatakan bahwa itu tidak ada dalam al-Qur'an, “Saya sudah baca ‘min ghilaf fil ila ghilaf’. Saya sudah baca dari satu sisi sampai ke sisi lainnya, dari halaman pertama sampai halaman terakhir, dalam al-Qur'an tidak ada larangan isbal, tidak ada larangan menjulurkan pakaian di bawah mata kaki ..”

Maka kita katakan, sangat banyak dalam al-Qur'an yang memerintahkannya!! Setiap kalimat “Taatilah Rasul ...”

Berarti itu perintah untuk mentaati ucapan Rasul. Ucapan Rasul, “pakaian seorang Mukmin setengah betis .. Dan terus kalau dia menolak, silahkan di bawahnya.. Silahkan di bawahnya. Dan apa yang di bawah mata kaki di dalam neraka.”

Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala juga memerintahkan kita untuk mengambil apa yang diajarkan oleh Rasulullah

- - - - - - -

Rasulullah di dalam hadits lainnya menyatakan, tiga golongan yang Allah tidak akan menyajak bicara mereka, tidak akan melihat mereka, dan bagi mereka azab yang pedih. Allah tidak akan mensucikan mereka ..” Yaitu tiga golongan, yang menjulurkan pakaiannya, orang yang mengungkit-ungkit pemberian yang telah dia berikan kepada orang lain, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.

Tiga golongan ini adalah orang-orang yang mengerikan. Dikatakan oleh Rasulullah ﷺ, “Allah tidak akan mengajak bicara mereka, Allah tidak mahu melihat mereka, dan Allah tidak mensucikan mereka dan bagi mereka azab yang pedih.”

Yang pertama disebut, seorang yang menjulurkan pakaiannya di bawah mata kaki.

Yang kedua, orang-orang yang dalam keadaan mengungkit-ungkit pemberiannya yang pernah dia berikan kepada orang lain.

Dan yang ketiga, orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah-sumpah palsu.

- - - - - - -

Ikhwani fiddin a’azzakumullah, kaum muslimin sidang jum’at yang berbahagia

Hadits yang kedua ini memiliki ikatan dalam hadits lain, yaitu Rasulullah ﷺ bersabda, “barangsiapa yang menjulurkan pakaiannya dengan sombong maka Allah tidak akan melihat mereka.”

Ikhwani fiddin a’azzakumullah

Ketika mereka-mereka beralasan bahwasanya yang dilarang itu kalau memanjangkan pakaian dengan sombong, maka kita harus ingat kaidah para ulama ketika menjadikan yang mutlaq dengan muqayyad, mereka memiliki kaidah bahwa bisa yang mutlaq dijadikan sebagai muqayyad jika haditsnya sama dan ancamannya sama, yakni kalau haditsnya berbeda dan ancamannya berbeda, maka tidak bisa dibawa yang mutlaq kepada muqayyad.

Ikhwani fiddin a’azzakumullah

Barangkali kita ingat malah wadhu', ketika Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kita ... Untuk “cucilah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian sampai siku …” Kemudian Allah berbicara tentang tayamum, “kalau tidak mendapatkan air maka pakailah dengan … Maka kata Allah, “ambillah debu dan kemudian usaplah mukamu dan tanganmu.”

Kalimat tangan tidak disebut dengan ‘ilal marafiq’. Apakah bisa kalimat ini di bawa kepada kalimat pertama ketika wadhu sampai siku, maka tayamun juga sampai siku?? Tidak!! Para ulama tidak menyatakan demikian, karena ini berbeda. Ini masalah tayammun dan ini masalah wudhu. Dan juga berbeda pembicaraannya dan konteksnya.

Demikian pula hadits tadi .. Kalau hadits yang pertama disebutkan dengan jelas oleh Rasulullah ﷺ dengan mutlaq .. “apa yang di bawah mata kaki maka dia dalam neraka.” Tidak berbicara sombong atau pun tidak sombong, dan ancamannya hanya finnar (diazab dalam neraka).

Tetapi ketika yang kedua .. Disebutkan oleh Rasulullah ﷺ .. Ancamannya sangat mengerikan, “Allah tidak mahu mengajak bicara mereka, Allah tidak mahu melihat mereka, Allah tidak mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih,”

Tentunya, kalau adzabnya berbeda berarti ini dua hadits yang berbeda. Kalau hadits kedua ada qa’idnya .. “barangsiapa yang memanjangkan pakaiannya dengan sombong maka Allah tidak akan melihat mereka.”

Ikhwani fiddin a’azzakumullah

Maka hadits kedua bisa kita katakan muqayyad dengan hadits ini. Berarti yang tidak akan dilihat oleh Allah, yang tidak akan diajak bicara, yang tidak disucikan dan bagi mereka adzab yang pedih adalah yang memanjangkan pakaiannya dengan sombong. Tetapi secara mutlaq dikatakan siapa pakaiannya di bawah mata kaki dia akan terkena neraka.

Ikhwani fiddin a’azzakumullah, kaum muslimin sidang jum’at yang berbahagia

Ini adalah hadits-hadits shahih dan semuanya dalam shahih bukhari dan muslim. Yang meragukan keshahihannya maka mestinya memahami hadits ini dengan pemahaman salaf, memahami hadits ini dengan pemahaman para shahabat ridwanullah ‘alaihim ajma’in.

Kita tanyakan kepada mereka, para shahabat apakah ada diantara mereka yang menjawab perintah Rasulullah dengan kalimat, “ya Rasulullah kalau aku tidak sombong.” Apakah ada di antara mereka yang sengaja memanjangkan pakaiannya di bawah mata kaki kemudian dia mengatakan, “kalau saya tidak sombong”.

Wallahi tidak satu riwayat pun dari mereka (salaf) kecuali riwayat dari abu bakar ash-shiddiq. Dan abu bakar ash-shiddiq radhiyallahu ta’ala ‘anhu tidak menyengaja memanjangkannya. Kalau sengaja memanjangkannya kemudian mengatakan, “saya tidak sombong”, tidak ada satupun. Tetapi riwayat dari abu bakar radhiyallahu ta’ala ‘anhu kita baca, apa kalimat dari abu bakar?

Dia mengatakan, “ya Rasulullah, pakaianku selalu turun sehingga aku menjaganya selalu menjaganya.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “sungguh engkau bukan orang yang melakukan dengan sombong”, karena tidak sengaja. Tetapi kalau dia sengaja sengaja memanjangkan pakaiannya maka dia telah sombong.

Kenapa sombong? Karena dia merasa lebih jauh dari kesombongan dari pada sekian para shahabat, sekian ratus sekian ribu para shahabat tidak ada yang mengatakan begitu padahal mereka lebih jauh dari kesombongan. Tetapi orang yang sekarang, yang imannya lemah, ibadahnya lemah, ilmunya lemah menyatakan, “kalau saya sih tidak sombong.”

Wallahi ikhwani fiddin a’azzakumullah

Maka benar kata imam khattabi, “cukup dikatakan sombong seorang yang sengaja sengaja memanjangkan pakaiannya di bawah mata kaki kemudian berkata aku tidak sombong.”

📮••••|Edisi| t.me/Mp3_kajian / www.alfawaaid.net

// Audio dari: t.me/s/galeritic

0 komentar

Post a Comment