Friday, February 7, 2020

Taubatnya Orang Yang Murtad


🚇TAUBATNYA ORANG YANG MURTAD

Al-Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-'Ilmiyyah Wal Ifta | Pertanyaan ke-2 pada fatwa no 18146

Pertanyaan:

Jika seorang muslim membatalkan keislamannya, dan setelah waktu yang tidak lama ia memohon ampunan kepada Rabb-nya. Apakah dalam kondisi semacam ini ia memperbaharui taubatnya dan mengucapkan 2 kalimat syahadat?

Jawaban:

Taubatnya orang yang murtad tergantung keadaannya.

Jika ia melakukan hal yang diharamkan yang membuat dia menjadi murtad, maka ia harus meninggalkan (hal yang diharamkan itu) diiringi perasaan menyesal atas apa yang terjadi di masa lalu, serta bertekad kuat dengan jujur untuk tidak mengulanginya.

Jika ia meninggalkan hal yang wajib dikerjakan, maka (taubatnya adalah) dengan mengerjakan kewajiban itu diiringi perasaan menyesal atas apa yang telah terjadi di masa lalu, serta bertekad kuat dengan jujur untuk tidak mengulanginya.

Jika (murtadnya) adalah karena ucapan tertentu, maka taubatnya adalah dengan meninggalkan (ucapan) itu diiringi penyesalan atas apa yang lalu dan bertekad kuat dengan jujur untuk tidak mengulanginya.

Seseorang yang meninggalkan shalat, taubatnya adalah dengan mengerjakan shalat diikuti penyesalan atas sikap ia meninggalkannya di masa lalu dan tekad kuat yang jujur untuk tidak mengulangi (perbuatan meninggalkan shalat itu).

Sedangkan orang yang menganggap halal suatu perbuatan haram yang telah disepakati keharamannya dan telah dipahami dalam Dien secara dharuri (sangat masyhur diketahui oleh orang awam, tanpa butuh melihat pada dalil, pent) taubatnya adalah dengan meyakini keharamannya dengan menyesali apa yang telah lalu dan tekad yang jujur untuk tidak mengulanginya.

Taubatnya orang yang berdoa kepada selain Allah seperti berdoa (meminta) kepada orang yang telah meninggal atau yang lainnya adalah dengan meninggalkan perbuatan itu dan mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah, diiringi perasaan menyesal atas apa yang telah lalu dan tekad yang jujur untuk tidak akan mengulanginya.

Wabillaahit Taufiq wa shollallaahu alaa Nabiyyinaa Muhammad wa Aalihi wa shohbihi wa sallam

السؤال الثاني من الفتوى رقم ( 18146 )

س 2: إذا نقض المسلم إسلامه، وبعد مدة قليلة استغفر ربه. فهل في هذه الحالة يشترط عليه أن يجدد توبته ويقول الشهادتين؟

ج 2: توبة المرتد على حسب حاله ،فإن كان بفعل شيء محرم يوجب الردة، فبتركه مع الندم على ما مضى منه، والعزم الصادق أن لا يعود فيه، وإن كان بترك شيء واجب فبفعله مع الندم على ما مضى، والعزم الصادق أن لا يعود فيه، وإن كان بقول شيء، فتوبته بترك ذلك مع الندم على ما مضى منه، والعزم الصادق أن لا يعود فيه. فتارك الصلاة توبته بفعلها مع الندم على ما مضى منه، والعزم الصادق أن لا يعود فيه، والمستبيح لفعل المحرمات المجمع على تحريمها، والمعلوم من الدين بالضرورة، توبته باعتقاد تحريمها، مع الندم على ما مضى منه، والعزم الصادق أن لا يعود فيه، وتوبة من يدعو غير الله من الأموات وغيرهم يكون بترك ذلك وإخلاص العبادة لله تعالى، مع الندم على ما مضى منه والعزم الصادق أن لا يعود فيه.

وبالله التوفيق ،وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.

📜KOMITE TETAP RISET ILMIAH DAN FATWA
◈ Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
◈ Wakil Ketua: Abdul Aziz Aalusy Syaikh
◈ Anggota: Abdullah bin Ghadyan; Shalih al-Fauzan; Bakr Abu Zaid

✍🏻__ Arsip WA al-I'tishom
- Alih bahasa: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah

Url: http://bit.ly/Fw410605
📮••••|Edisi| t.me/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

0 komentar

Post a Comment