Tuesday, July 2, 2019

Sebuah Pertemanan Adalah Potret Tentang Jatidiri Bahkan Ia Sebagai Barometer Bagi Agamanya


🚇SEBUAH PERTEMANAN ADALAH POTRET TENTANG JATIDIRI BAHKAN IA SEBAGAI BAROMETER BAGI AGAMANYA

❱ Ditulis oleh Al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi hafizhahullah

Hati-hati memilih teman! Selektif dalam memilih teman merupakan prinsip utama dalam Islam. Sejarah pun menunjukkan bahwa para ulama terdahulu (as-salafush shalih) benar-benar memerhatikan prinsip ini. Karena sosok teman sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang baik di dunia maupun di akhirat.

Di dalam Shahih al-Bukhari (no. 3742) disebutkan bahwa Alqamah rahimahullah seorang tabi’in yang mulia berkisah:

“Ketika aku masuk ke Negeri Syam, maka aku (langsung menuju masjid dan) shalat dua rakaat. Kemudian kupanjatkan sebuah doa: ‘Ya Allah, berilah aku kemudahan untuk mendapatkan teman yang baik (di negeri ini)’.

Usai berdoa kudatangi sekelompok orang yang sedang duduk-duduk dan turut bergabung bersama mereka. Lalu datanglah seorang syaikh dan duduk di sebelahku. Aku bertanya kepada mereka, ‘Siapakah orang ini?’

Mereka menjawab: ‘Beliau adalah Abud Darda’ (seorang sahabat Nabi [ﷺ]).’

Maka aku katakan kepada beliau, ‘Aku telah berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar diberi kemudahan untuk mendapatkan teman yang baik (di negeri ini). Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala telah memudahkanku untuk bertemu denganmu.’

Abud Darda’ berkata: ‘Dari manakah engkau’.

Maka kukatakan: ‘Aku dari negeri Kufah’.”

▶️ SELEKTIF DALAM MEMILIH TEMAN MERUPAKAN KEWAJIBAN SETIAP INSAN MUSLIM

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata:

“Memerhatikan/memilih teman merupakan kewajiban setiap insan Muslim.
√- Jika mereka itu orang-orang yang buruk, maka hendaknya dijauhi, karena (penyakit) mereka itu lebih kuat penularannya daripada kusta.
√- Atau jika mereka itu teman-teman yang baik, yang senantiasa memerintahkan kepada kebaikan,
√- mencegah (anda) dari kemungkaran dan membimbing kepada pintu-pintu kebaikan,
= bergaullah (dengan mereka).”

📚[Al-Qaulul Mufid Syarh Kitabit Tauhid 1/224]

▶️ SELEKTIF MEMILIH TEMAN HARUS DIUPAYAKAN SEJAK DINI

Karena pergaulan di masa muda sangat menentukan kelanjutan hidup pada fase-fase berikutnya.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata:

“Jika engkau melihat seorang pemuda di awal pertumbuhannya bersama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maka harapkanlah kebaikannya (di kemudian hari). Jika engkau melihat di awal pertumbuhannya bersama ahlul bid’ah, maka berputusasalah akan kebaikannya (di kemudian hari).”

📚[Al-Adab Asy-Syar’iyyah karya Al-Imam Ibnu Muflih, 3/77]

Demikian halnya yang dikatakan Al-Imam Amr bin Qais al-Mula’i rahimahullah, namun ada sedikit tambahan:

“… karena (perjalanan) seorang pemuda sangat ditentukan oleh masa awal pertumbuhannya.”

📚[Al-Ibanah karya Al-Imam Ibnu Baththah rahimahullah, 2/481-482]

▶️ TAK KALAH PENTINGNYA PULA SELEKTIF DALAM MEMILIH TEMAN SAAT MENUNTUT ILMU

Al-Imam Badruddin Ibnu Jama’ah al-Kinani rahimahullah berkata:

“Bila dia (seorang penuntut ilmu) membutuhkan teman, hendaknya memilih orang yang shalih, beragama, bertakwa, wara’, cerdas, banyak kebaikannya lagi sedikit keburukannya, santun dalam bergaul, dan tak suka berdebat. Bila dia lupa, teman tersebut bisa mengingatkannya. Bila dalam keadaan ingat (kebaikan), teman tersebut mendukungnya. Bila dia butuh bantuan, teman tersebut siap membantunya. Dan bila dia sedang marah, maka teman tersebut pun menyabarkannya.”

📚[Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim, hal. 83-84]


▾▾

Para pembaca yang mulia,

▶️ TEMAN ADALAH POTRET TENTANG JATIDIRI SESEORANG BAHKAN IA SEBAGAI BAROMETER BAGI AGAMANYA

Rasulullah [ﷺ] bersabda:

{ الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ }

“Seseorang tergantung agama teman akrabnya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian memerhatikan siapa yang dijadikan sebagai teman akrab.”

📚[HR. Abu Dawud dalam As-Sunan juz 2, hal. 293, At-Tirmidzi dalam As-Sunan juz 2, hal. 278, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz 4, hal. 171, dan Ahmad dalam Al-Musnad juz 2, hal. 303 dan 334 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 927]

Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

“Seseorang akan berjalan dan berteman dengan orang yang dicintainya dan sejenis dengannya.”

📚[Al-Ibanah karya Al-Imam Ibnu Baththah rahimahullah, juz 2 hal. 476][1]

Al-Imam Qatadah rahimahullah berkata:

“Demi Allah subhanahu wa ta'ala, sungguh tidaklah kami melihat seseorang berteman kecuali dengan yang sejenisnya. Maka bertemanlah dengan orang-orang shalih dari hamba-hamba Allah subhanahu wa ta'ala, semoga kalian senantiasa bersama mereka atau menjadi seperti mereka.”

📚[Al-Ibanah karya Al-Imam Ibnu Baththah rahimahullah, 2/480][2]

Ketika Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah datang ke Kota Bashrah dan melihat posisi Ar-Rabi’ bin Shubaih yang tinggi di tengah umat, beliau pun menanyakan prinsip agamanya.

Maka orang-orang menjawab: “Prinsip agamanya tidak lain adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri bertanya lagi: “Siapakah teman-teman dekatnya?”

Mereka menjawab: “Orang-orang Qadariyyah (pengingkar takdir, pen.).”

Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah pun berkata:

“Kalau begitu dia adalah seorang qadari.”

📚[Al-Ibanah karya Al-Imam Ibnu Baththah rahimahullah, 2/453][3]

—(▴) Catatan: (▴)—
[1][2][3] Lihat kitab Ijma’ul Ulama’ ‘Alal Hajri wat Tahdzir Min Ahlil Ahwa’, karya Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh-Zhafiri.

Url: http://bit.ly/Fw401009 { Judul dari Admin }
📮••••|Edisi| t.me/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: Cuplikan dari artikel bertema: Teman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Beragama Seseorang - Majalah Asy Syariah online

0 komentar

Post a Comment