Tuesday, November 13, 2018

Di Dalam Islam Dan Sunnah Nabi [ﷺ] Tidak Dikenal Ajaran Ataupun Anjuran Untuk Merayaaan Maulid Nabi


🚇DI DALAM ISLAM DAN SUNNAH NABI [ﷺ] TIDAK DIKENAL AJARAN ATAUPUN ANJURAN UNTUK MERAYAAAN MAULID NABI

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
/※/ “Barangsiapa yang menganggap baiknya suatu amalan (tanpa dalil), bererti ia telah membuat syari’at.” [¹]

Allah berfirman (ertinya),
/※/ “Jika kalian berselisih dalam suatu perkara maka kembalikanlah kepada Allah (iaini Al-Qur’an) dan RasulNya (iaini As-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kiamat.” [²]

Nabi [ﷺ] membacakan firman Allah [ﷻ],
/※/ “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali wajib baginya untuk menunjukkan kepada umatnya segala kebaikkan yang diketahuinya, dan memperingatkan mereka dari kejelekkan yang diketahuinya.” [³]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
/※/ “Merayakan hari kelahiran Nabi [ﷺ] tidak pernah dilakukan oleh Salaf (iaitu para Sahabat) radhiyallahu ‘anhum, meskipun ada peluang dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Kalaulah perayaan maulid ini murni suatu kebaikkan atau lebih besar kebaikkannya, pastilah kaum Salaf radhiyallahu ‘anhum orang yang lebih berhak merayakannya daripada kita. Kerana kecintaan dan pengagungan mereka kepada Rasul lebih besar dari yang kita miliki, demikian pula semangat mereka dalam meraih kebaikkan lebih besar daripada kita.” [⁴]

[⚙️] Bagaimana pula dengan tabi’in, tabi’ut tabi’in dan imam-imam yang empat (Al-Imam Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’i dan Ahmad), apakah mereka merayakan maulid Nabi [ﷺ]? Jawabnya adalah bahawa mereka sama sekali tidak pernah merayakannya.

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan:
/※/ “Bahawa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah para raja kerajaan Fathimiyyah -Al-‘Ubaidiyyah yang dinasabkan kepada ‘Ubaidullah bin Maimun al-Qaddah al-Yahudi- yang berkuasa di Mesir sejak tahun 357H hingga 567H. Para raja Fathimiyyah ini beragama Syi’ah Isma’iliyyah Rafidhiyyah.” [⁵]

Demikian pula yang dinyatakan oleh Al Miqrizi dalam kitabnya al-Mawaa’izh Wal I’tibar, 1/490. [⁶]

—(▴) Catatan Kaki: (▴)—
[¹] Al-Muhalla fi Jam’il Jawaami’ 2/395
[²] An-Nisaa’: 59
[³] HR. Muslim
[⁴] Iqtidha’ Shirathil Mustaqim: 2/122
[⁵] Al-Bidayah Wan Nihayah 11/172
[⁶] Lihat ash-Shufiyyah karya asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 43

Url: http://bit.ly/Fw400302 { Judul dari Admin }
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: @ThoriqusSalaf / Dari: buletin-alilmu•net {https://goo.gl/jTBBdX}

0 komentar

Post a Comment