Monday, January 8, 2018

Bantahan Terhadap Orang-orang Yang Membela Adil bin Manshur Al-basya (Bagian Kedua)


🚇BANTAHAN TERHADAP ORANG-ORANG YANG MEMBELA ADIL BIN MANSHUR AL-BASYA (BAGIAN KEDUA)

Al-Akh Adil Manshur sekian lama berkerja sama dengan seorang pengikut kelompok al-Ikhwanul Muslimun yang terkenal, yaitu Sa’ad al-Buraik, dan dia ikut andil dalam penulisan disertasi doktoralnya yang berjudul “Ikhtiyarat al-Khaththaby al-Fiqhiyyah” yang dicetak dalam 6 jilid. Tidak lama sebelum munculnya fitnah Abul Hasan, dia meninggalkan Sa’ad al-Buraik, namun hingga sekarang kita belum mendengar ucapannya yang jelas tentang orang tersebut.

Ketika munculnya fitnah Abul Hasan kita tidak mendengar ucapan yang menunjukkan sikapnya sama sekali, padahal dia dekat dengan Masayikh di Arab Saudi. Dan setelah berakhirnya fitnah Abul Hasan, muncul dua kasetnya yang berjudul “Hal Insyaqqatis Salafiyyah” (Apakah Salafiyyah Terbelah)?!

Pada salah satu kunjungan saya ke Ta’iz untuk menyampaikan ceramah di sebuah masjid, saya bertemu dengannya di rumah salah seorang ikhwah, kemudian dia juga mengunjungi kami ke Aden. Kemudian terjadilah fitnah Yahya al-Hajury dan muncul darinya berbagai kesalahan aqidah dan manhaj, di samping berbagai caci makiannya terhadap para ulama dan menuduh orang-orang yang tidak bersalah dengan hizbiyyah. Bahkan orang-orang dekat Adil Manshur di daerahnya di Ta’iz terfitnah dengan Yahya al-Hajury. Namun kita tidak menjumpai sikap yang terpuji dari Adil Manshur, bahkan lebih dari satu orang mendengar dia menyalahkan orang-orang yang berseberangan dengan Yahya al-Hajury dan menuduh mereka sebagai pembuat keonaran di markiz Dammaj, seperti ucapan para pengikut al-Hajury.

Ketika dari al-Hajury muncul berbagai kesalahan ilmiyyah yang lebih buruk dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan Sa’ad al-Humaid yang dikritik oleh Adil Manshur dalam sebuah tulisan yang terkenal, namun anehnya kita tidak menjumpai dari Adil Manshur bantahan apapun terhadap kesalahan-kesalahan al-Hajury, bahkan tidak ada sekalipun di majelis-majelis khusus. Dan hingga sekarang kita tidak tahu apa penilaian Adil Manshur terhadap al-Hajury, apakah dia menganggapnya seorang haddady sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama, ataukah dia memiliki penilaian yang lain?!

Adil Manshur pergi ke Indonesia, lalu mengunjungi Dzulqarnain al-Indunisy dan membacakan tazkiyah salah seorang Masayikh untuk Dzulqarnain –dan ucapannya diterjemahkan, demikian pula tazkiyah untuk Dzulqarnain– di hadapan sekian banyak ikhwah Indonesia, dan rekaman suaranya ada, padahal dia mengetahui bahwa asy-Syaikh Rabi’ mencela Dzulqarnain dan mentahdzirnya serta mengatakan tentang dia, “Mutalawwin (berganti-ganti warna atau sikap) seperti sikap talawwun Ali al-Halaby.”

Sebagian ikhwah di Bahrain pernah bertanya kepadanya dengan penuh keheranan tentang rahasia apa alasan diamnya Masayikh Yaman dengan tidak mau berfatwa pada perang di front Kitaf pada saat pengepungan Dammaj, maka dia menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan, “Mereka sangat berhati-hati dalam setiap fitnah, dan hari-hari menjelaskan bahwa kebenaran selalu bersama mereka.” Dan salah seorang ikhwah yang mendengar ucapannya itu telah menulis persaksiannya.

Adil Manshur mengetahui bahwa para ulama dunia menyelisihi Masyayikh Yaman dalam masalah pengepungan Sha’dah, di mana mereka berfatwa menyatakan wajibnya menyelamatkan saudara-saudara mereka dan membebaskan dari pengepungan terhadap mereka, bahkan mereka berfatwa agar memerangi kelompok Hutsy secara umum di Sha’dah dan tempat yang lainnya.

(02)
Asy-Syaikh Ubaid al-Jabiry telah mengkritik Adil Manshur, lalu kita mendapati dirinya dan orang-orang yang semodel dengannya menyikapi asy-Syaikh Ubaid dengan cara yang sangat aneh. Sebagian mereka menyindir asy-Syaikh Ubaid dan berusaha menjauhkan orang lain dari beliau, sebagaimana yang telah kita sebutkan pada kalimat yang lalu. Dan sebagian mereka sama sekali tidak menghargai jarh dari asy-Syaikh Ubaid terhadap siapapun.

Ketika muncul fitnah perjanjian damai dengan Hutsyi (Watsiqah) di awal kemunculannya, pergilah Adil Manshur dengan segera menemui asy-Syaikh Rabi’ untuk membela Muhammad al-Imam dan mencari-carikan alasan atau udzur untuknya, agar tidak ada seorangpun yang datang lalu memutarbalikkan fakta yang disampaikan kepada asy-Syaikh Rabi’ menurut penuturan Adil Manshur sendiri. Dan Adil Manshur telah berusaha keras untuk memberi udzur Muhammad al-Imam, seandainya dia tidak menjumpai pernyataan yang jelas dan tegas dari asy-Syaikh Rabi’, bahkan dia telah mendengar asy-Syaikh Rabi’ mengatakan bahwa Muhammad al-Imam adalah seorang yang memiliki prinsip kelompok al-Ikhwanul Muslimun (ikhwani). Dan Adil Manshur telah mengakui banyak hal dari apa yang telah kita sebutkan di sini kepada al-Akh Ahmad Badakhin, dan al-Akh Ahmad Badakhin telah menulis persaksiannya dan telah tersebar.

Kemudian terjadilah diskusi sengit antara Adil Manshur dan Hani bin Buraik di hadapan asy-Syaikh Rabi’ di rumah beliau. Padanya Hani bin Buraik mengeluhkan kepada asy-Syaikh Rabi’ atas sikap-sikap Adil Manshur pada fitnah al-Hajury dan celaan-celaannya terhadap ikhwah di belakang mereka, kemudian dia juga mengeluhkan sikap Adil Manshur terhadap Muhammad al-Imam, maka asy-Syaikh Rabi’ mengatakan kepada Adil Manshur, “Jangan membela orang-orang yang membela Watsiqah, demi Allah seandainya asy-Syaikh Ibnu Baz masih hidup, pasti beliau akan mengkafirkan mereka.”

Sebenarnya kami ingin menghadiri majelis tersebut, seandainya bukan karena Hani bin Buraik lebih memilih agar kami tidak hadir. Lalu ketika Adil Manshur keluar, kami berpapasan dengannya di depan pintu asy-Syaikh Rabi’. Walaupun telah ada perkataan yang jelas seperti ini, namun sikap Adil Manshur terhadap orang-orang Ma’bar tidak berubah juga. Ketika sekian banyak hal-hal ini diangkat permasalahannya kepada asy-Syaikh Rabi’, maka beliau menuntut Adil Manshur untuk memiliki sikap yang jelas terhadap Muhammad al-Imam, namun hingga sekarang ini Adil Manshur belum mengeluarkan pernyataan apapun.

Setelah dari Hani bin Buraik muncul hal-hal yang menyimpang seperti masuknya ke majelis perlawanan Yaman Selatan dan penentangannya terhadap pemerintah, dan muncul dari Masayikh Aden sikap terpuji berupa berlepas diri dari jalan yang dia tempuh, kita melihat Adil Manshur melaporkan twitan-twitan Hani bin Buraik kepada asy-Syaikh Rabi’, lalu dia bangkit menasehati kaum muslimin dan memperingatkan mereka dari kesalahan-kesalahan Hani, memerintahkan agar menjaga persatuan bersama pemerintah dan memperingatkan dari tindakan melawan pemerintah.

Memang ini benar dan tidak ada aib padanya, tetapi masalahnya apa rahasia di balik nasehat ini, karena di saat yang sama engkau hanya diam membisu terhadap orang-orang Ma’bar?! Orang-orang Ma’bar memiliki berbagai penyimpangan yang lebih lama dibandingkan penyimpangan-penyimpangan Hani bin Buraik, lebih banyak, dan lebih membahayakan dibandingkan kesalahan Hani bin Buraik. Mereka memberontak melawan pemerintah seperti yang dilakukan oleh Hani bin Buraik, ditambah loyalitas terhadap kelompok Hutsy dan sekutu-sekutunya, kemudian melancarkan peperangan yang sengit terhadap orang-orang yang mulia, bahkan terhadap orang-orang yang ikut berjihad melawan kelompok Hutsy, hanya semata-mata karena mereka membantah berbagai kesesatan Muhammad al-Imam.

(03)
◾️ Maka wahai saudaraku Adil Manshur, apa pendapatmu tentang orang yang menganggap bahwa Presiden Yaman bukan pemimpin?! Karena di sana ada para penuntut ilmu yang tidak menganggap sahnya kepemimpinan Presiden Yaman dengan dalih dia tidak memiliki kekuasaan yang kuat.

◾️ Apa pendapatmu tentang orang yang menganggap salah seorang pentolan pemberontak di Shan’a sebagai aparat yang berwenang yang mengunjungi markiz mereka sebagai bentuk inspeksi?!

◾️ Apa pendapatmu tentang orang yang tidak mentaati Presiden Yaman dalam perkara yang baik. Presiden Yaman telah memerintahkan rakyat untuk berperang melawan milisi Hutsyi, sementara Muhammad al-Imam justru mengatakan, “Jangan pergi berperang, sesungguhnya itu adalah fitnah!” Dia juga mengatakan, “Sesungguhnya itu hanyalah perebutan kekuasaan.”

◾️ Apa pendapatmu tentang orang yang senang dengan masuknya milisi Hutsyi ke Aden, kemudian dia justru marah terhadap kemenangan Ahlus Sunnah atas orang-orang Hutsyi dan bangkit ke atas mimbar dengan penuh kemarahan menempatkan dalil-dalil yang mengharamkan untuk memerangi seorang muslim pada orang-orang Hutsyi?!

◾️ Bahkan sebagian pengikut Muhammad al-Imam menganggap bahwa Presiden Yaman sengaja memberi jalan bagi negara-negara Teluk untuk mencaplok Yaman, sedangkan yang lain menuduh Pasukan Koalisi dan Perlawanan Rakyat Yaman dengan hal-hal yang rendah, diantaranya mereka dituduh melayani orang-orang Marxisme (komunis)?!

◾️ Apa pendapatmu tentang orang yang berfatwa bahwa orang-orang Hutsyi seandainya mereka menguasai negara, maka kepemimpinan mereka sah menurut syari’at?!

◾️ Sebagian yang menyatakan demikian adalah orang-orang dekat Muhammad al-Imam, maka apakah engkau telah menasehati mereka, ataukah engkau menakar dengan dua takaran (standar ganda) dalam menyampaikan nasehat?!

Dua hari sebelum Ramadhan Adil Manshur mengunjungi asy-Syaikh Rabi’ di rumah beliau, lalu dia merasakan dari beliau bahwa beliau marah terhadap Hani bin Buraik atas hal-hal yang disampaikan kepada beliau. Maka keluarlah Adil Manshur dari menemui asy-Syaikh Rabi’, kemudian kita melihat orang-orang dekat Adil Manshur setelah itu mengeluarkan tulisan-tulisan yang berisi nasehat terang-terangan kepada Hani bin Buraik.

◾️ Apa rahasianya pada sikap diam Adil Manshur dari Muhammad al-Imam di saat dia dituntut untuk menjelaskan sikapnya terhadap Muhammad al-Imam, namun dia belum juga menjelaskan?!

◾️ Dan apa rahasianya pada berkumpulnya orang-orang Ma’bar di sekitar Adil Manshur?!

◾️ Dan apa rahasianya ketika Abdul Aziz al-Bura’iy ditanya tentang Adil Manshur, dia memujinya?! Mungkinkah al-Bura’iy memuji seseorang yang sikapnya jelas terhadap Muhammad al-Imam?!

Maka saya katakan kepada orang-orang yang mencintai Adil Manshur –matahari negeri Yaman–: “Mintalah kepada Adil Manshur agar dia memeriksa kembali seberapa banyak perhitungannya bersama para ulama untuk membungkam manusia agar tidak berani mengkritiknya, dan mintalah kepadanya agar menjelaskan sikapnya terhadap Muhammad al-Imam, karena sesungguhnya kita khawatir dia akan dituduh memiliki fanatisme kedaerahan yang banyak manusia terjerumus ke dalamnya!”

Dan jangan sampai ada seseorang yang berbicara dengan filsafat atau bersilat lidah dengan mengatakan, “Sesungguhnya banyak orang yang diam, jadi kenapa kalian hanya mengkhususkan Adil Manshur saja untuk berbicara?!”

Maka kita jawab: “Adil Manshur condong kepada Muhammad al-Imam dan membelanya sebagaimana yang telah lalu penjelasannya, sehingga wajib atasnya untuk membebaskan dirinya dari tuduhan buruk dan mengeluarkan pernyataan sikap yang jelas.”

Dan kejelasan sikap adalah sesuatu yang mudah bagi seseorang yang diberi kemudahan oleh Allah. Dan sikap diam tidak selamanya tepat dilakukan oleh semua orang, dan tidak tepat dilakukan dalam semua keadaan.

❱ Ditulis oleh: Ali al-Hudzaify
Jum’at, 26 Dzulqa’dah 1437H

📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: @ForumSalafy // Dari: Dhiyaul Qur’an wa Sunnah as-Salafiyyah {http://bit.ly/2D9BDZW}

0 komentar

Post a Comment