Thursday, January 11, 2018

Jarh (Celaan) Lebih Didahulukan Daripada Ta'dil (Pujian) Selama Ia Menegakkan Dalil dan Bukti


🚇JARH (CELAAN) LEBIH DIDAHULUKAN DARIPADA TA'DIL (PUJIAN) SELAMA IA MENEGAKKAN DALIL DAN BUKTI

❱ Berkata Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah al-Jabiry hafizhahullah:

❒ أنَّ من علم حجة على من لم يعلم

✓ فإذا حذر عالم من رجل، وأقام عليه الدليل بأنه من أهل الأهواء، أو من الجهال الذين لا يستحقون الصدارة في العلم والتعليم

✓ وكان هذا العالم معروفاً بين الناس بالسنة والاستقامة عليها وتقوى الله سبحانه وتعالى

(•) فإنَّا نقبل كلامه ونَحذر من حذرنا منه وإن خالفه مئات؛ مادام أنه أقام الدليل وأقام البيِّنة على ما قاله في ذلكم المحذر منه،

~ فهذا وسعنا، بل هو فرضـنا والواجـب علينا، وإلا ضاعت السنة.

❒ Seseorang yang mengetahui sebagai hujjah bagi yang tidak mengetahui.

✓ Apabila seorang alim mentahdzir seseorang dan ia menegakkan dalil atasnya bahwa ia termasuk ahlul ahwa' atau termasuk orang-orang jahil yang tidak berhak tampil mengajarkan ilmu.

✓ Dan seorang alim tersebut dikenal di kalangan manusia dengan sunnah dan istiqomah di atasnya serta ketakwaannya kepada Allah subhanahu wa ta'ala

(•) maka kita terima ucapannya dan kita mentahdzir orang yang ia tahdzir walaupun ia diselisihi ratusan orang;
(•) selama ia menegakkan dalil dan bukti atas apa yang ia ucapkan terkait orang yang ia tahdzir.

~ Ini yang kita mampui, bahkan ini yang wajib atas kita, kalau tidak maka sunnah akan tersia-siakan. ~

📚[Muhadhoroh berjudul: Al-Haddul Fashil Baina Mu'amalati Ahlis Sunnah wa Ahlil Batil]

📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: @dinulqoyyim

0 komentar

Post a Comment