Friday, November 13, 2020

Kesejukan Air Mengalir Bahwa Al-Haq Diterima Meskipun Dari Orang Majhul Dan Kafir ( Bag. 1 :: Seri 3 )



🚇KESEJUKAN AIR MENGALIR BAHWA AL-HAQ DITERIMA MESKIPUN DARI ORANG MAJHUL DAN KAFIR

( Bag. 1 :: Seri 3 )

Oleh: Asy-Syaikh Abul ‘Abbas Yasin bin ‘Ali al-Hausyabi al-‘Adani rahimahullah

▶️ [ 3 ] An-Nasa`i meriwayatkan dari Qutailah, seorang shahabat wanita dari Juhainah:

{ أَنَّ يَهُودِيًّا أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ إِنَّكُمْ تُنَدِّدُونَ وَإِنَّكُمْ تُشْرِكُونَ تَقُولُونَ مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ وَتَقُولُونَ وَالْكَعْبَةِ. فَأَمَرَهُمُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَرَادُوا أَنْ يَحْلِفُوا أَنْ يَقُولُوا « وَرَبِّ الْكَعْبَةِ ». وَيَقُولُونَ « مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ شِئْتَ }


Bahwa seorang Yahudi datang kepada Rasulullah [ﷺ] seraya berkata: “Sesungguhnya kalian membuat tandingan bagi Allah dan kalian menyekutukan Allah,“ (yaitu) kalian berkata: “Dengan kehendak Allah dan kehendakmu”, kalian juga berkata (dalam sumpah): “Demi Ka’bah”. Maka Nabi [ﷺ] memerintahkan mereka jika hendak bersumpah untuk mengatakan, “Demi Rabb Ka'bah”, dan juga agar mereka mengatakan, “Dengan kehendak Allah kemudian kehendakmu.”

▶️ [ 4 ] Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari ‘Abdullah bin Mas’ud berkata:

{ جَاءَ حَبْرٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَوْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُمْسِكُ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ وَالْجِبَالَ وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ وَالْمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ وَسَائِرَ الْخَلْقِ عَلَى إِصْبَعٍ ثُمَّ يَهُزُّهُنَّ فَيَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَنَا الْمَلِكُ. فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَعَجُّبًا مِمَّا قَالَ الْحَبْرُ تَصْدِيقًا لَهُ ثُمَّ قَرَأَ (وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ) }

“Datang seorang pendeta kepada Nabi [ﷺ] dan berkata: “Wahai Muhammad atau Wahai Abul Qasim, sesungguhnya Allah memegang langit pada hari kiamat pada salah satu jari tangan-Nya dan bumi pada jari-Nya yang lain, gunung-gunung dan pepohonan pada jari-Nya yang lain lagi, air dan lumpur pada jari-Nya yang lain dan seluruh makhluk-Nya pada jari-Nya yang lain pula, kemudian menggoncangkannya seraya berkata: “Akulah Raja, Aku lah Raja.” Maka Rasulullah [ﷺ] tertawa karena kagum dengan ucapan pendeta itu dan sebagai pembenaran atas ucapannya.

Kemudian beliau membaca ayat ini:

{ وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ }


Artinya: “Dan tidaklah mereka mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungannya, dan bumi semuanya berada dalam genggam-Nya.”


Syaikhuna al-Wadi’y dalam al-Muqtaroh berkata:

“Engkau mengambil kebenaran itu dari siapa pun yang membawanya. Nabi [ﷺ] menetapkan ucapan kebenaran yang di bawa oleh syaithan, yaitu ketika syaithan berkata kepada Abu Hurairah: “Jika kamu membaca Ayat Kursi ketika hendak tidur maka syaithan tidak akan mendekatimu.” Ketika itu Rasulullah [ﷺ] bersabda: “Dia telah jujur kepadamu, namun dia adalah pendusta!”

Dan dalam sunan Nasai dengan sanad yang shohih dari Qutailah -seorang wanita dari Juhainah-: Bahwa seorang Yahudi datang kepada Rasulullah [ﷺ] seraya berkata: “Sesungguhnya kalian membuat tandingan bagi Allah dan kalian menyekutukan Allah“, (yaitu) kalian berkata: “Dengan kehendak Allah dan kehendakmu”, kalian juga berkata (dalam sumpah): “Demi Ka’bah”.

Maka Nabi [ﷺ] memerintahkan mereka jika hendak bersumpah untuk mengatakan, “Demi Rabb Ka’bah”, dan juga agar mereka mengatakan, “Dengan kehendak Allah kemudian kehendakmu.”

((🔥)) Maka seorang Muslim menerima kebenaran dari siapa pun yang menyampaikannya.”


Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam al-Liqo'ul Maftuh berkata:

((🔥)) “Adapun apabila kebenaran yang diucapkan, maka dengan tanpa melihat keadaan orangnya kebenaran yang dibawanya tersebut wajib untuk diterima. Kenapa? Karena kebenaran itu wajib diterima dari siapa pun yang membawanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima ucapan musyrikin ketika mereka berkata dalam keadaan mereka melakukan kekejian:

{ وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا }


“Kami mendapati orang-orang tua kami melakukan hal ini dan Allah lah yang memerintahkan kami untuk melakukannya.” [Al-A’raf: 28]

Allah menerima ucapan mereka yang mengatakan: “Kami mendapati orang-orang tua kami melakukan hal ini.” - Karena hal itu memang benar.

Maka Allah menjawab ucapan mereka itu:

{ قُلْ إِنَّ اللَّهَ لا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ }


“Katakanlah bahwa Allah tidak memerintahkan untuk melakukan perkara yang keji.” [Al-A’raf: 28]

Namun Allah membiarkan ketika mereka berkata: “Kami mendapati orang-orang tua kami melakukan hal ini.”

((🔥)) Demikian pula Nabi [ﷺ] ketika diberi tahu oleh Abu Hurairah atas wasiat syaithan agar dia membaca Ayat Kursi setiap malam agar senantiasa berada dalam penjagaan Allah dan tidak didekati oleh syaithan hingga pagi, maka Nabi berkata, “Dia telah jujur kepadamu walau sebenarnya dia adalah pendusta.”

((🔥)) Dan ketika seorang pendeta yahudi mengatakan kepada Beliau [ﷺ] bahwa mereka mendapati dalam Taurat bahwa Allah meletakkan langit pada satu jari-Nya dan bumi pada jari-Nya yang lain pula. Nabi [ﷺ] tertawa dan menetapkan serta beliau membenarkan apa yang diucapkan oleh si Yahudi itu.

Yang perlu utuk diperhatikan bahwa:

(•) Kebenaran itu wajib diterima dari siapa pun orang yang menyampaikannya.

(•) Akan tetapi jika kamu khawatir menyandarkan kebenaran itu kepada sumbernya karena dia seorang pelaku kebid’ahan dan manusia tertipu kemudian memiliki simpati kepada si pelaku kebid’ahan itu maka jangan kamu lakukan hal itu, karena mencegah timbulnya kerusakan lebih didahulukan dari pada mendatangkan kemaslahatan.” — Selesai.

Bersambung insya Allah ...

📮••••[ Edisi Faidah ]
/ t.me/ukhuwahsalaf
/ www.alfawaaid.net

✍🏻__ [ Dari ]
/ bit.ly/2JXxnUW

0 komentar

Post a Comment