Friday, September 14, 2018

Mengapa Mereka Menyelisihi Kibar Ulama? … Dan Apa Akibatnya?


🚇MENGAPA MEREKA MENYELISIHI KIBAR ULAMA? … DAN APA AKIBATNYA?

📮ITULAH HAWA NAFSU, IKUT TABIAT, DAN SIKAP GHULUW

Lalu beliau al-Imam al-Barbahari rahimahullah ta'ala berkata:

“Perhatikanlah -semoga Allah merahmatimu-, setiap orang yang engkau dengar ucapannya terlebih khusus dari kalangan ulama zaman kita, janganlah engkau tergesa-gesa, jangan memasukkan suatu perkara ke dalamnya hingga bertanya dan memerhatikan apakah shahabat Nabi [ﷺ] membicarakan perkara tersebut atau mereka ambil dari ulama..? Jika engkau mendapatkan atsar yang bersumber dari mereka yang membicarakan perkara tersebut, pegangi dan jangan melampauinya karena suatu tujuan tertentu, bukan karena hawa nafsu, bukan karena kecenderungan tabiat manusia, dan jangan pula engkau ghulu terhadap seseorang (sehingga engkau memberlakukan hukum tersebut terhadap seseorang dan menafikannya terhadap orang lain). Perkara-perkara ini mengacaukan dan menghalangi pemilik tabiat ini untuk mengikuti ulama..”

Berarti, jika seseorang membersihkan dirinya dari hawa nafsu, kecenderungan tabiat (hawa nafsu), dan sikap ghulu (berlebihan) terhadap seseorang, hendaklah dia bergembira karena dia meraih kebaikan sekaligus menikmati keselamatan dan keberuntungan. Sesungguhnya siapa saja yang dikuasai oleh hawa nafsu dan sikap ghulu terhadap seseorang, dia tidak akan mendengarkan kebaikan karena tidak ada yang ia inginkan melainkan mengikuti ucapan syaikhnya. Dia tidak ingin berbenturan dengan hawa nafsu, kecenderungan tabiat, dan tabiat yang rusak. Siapa saja yang membersihkan dirinya dari perkara (kotor) ini serta menjauhinya, berpegang teguh dengan manhaj salaf…

📮MANA USHUL TSALATSAHNYA...?

Berapa kali kita mendengar sebagian manusia berkata:

“Kitab dan Sunnah di atas pemahaman salaf… Kita harus mengikuti kibar (ulama)... Kita harus mengikuti ulama...”

Lalu muncul beberapa kejadian dan fitnah baru, ternyata dia menjauhi dan meninggalkan ucapan ulama. Padahal dia mengucapkan tidak hanya sekali, “Kalian harus mengikuti kibar ulama… Kalian harus mengikuti kibar ulama”.. lalu dia menjauhi perkataan ulama.

Terus di mana “Ushul Tsalatsah” ini..? (Tiga Landasan Utama tersebut). Kitab sebagai landasan pertama, Sunnah sebagai landasan kedua, dan pemahaman salaf umat dan kibar ulama sebagai landasan ketiga. Wajib bagi kita untuk membersihkan diri kita dari hawa nafsu sehingga kita selamat dari berbagai kejelekan, fitnah, ujian, perpecahan, dan lain sebagainya. Kitab dan Sunnah sesuai dengan pemahaman salaf umat dan kibar ulama.

📮SEBABNYA ADALAH HAWA NAFSU DAN SIKAP GEGABAH

“Kemarin mereka adalah kibar ulama, urusan dirujuk kepada mereka... Hari ini bukan lagi kibar ulama, urusan tidak dirujuk kepada mereka...” Apa sebabnya…?

Sebabnya adalah hawa nafsu dan sikap gegabah. Ketika muncul hawa nafsu dan gegabah, dia akan menjauh dari ucapannya yang lalu, yang telah ia tetapkan dan ajarkan kepada manusia. Jadi kita harus berhati-hati dari perkara-perkara ini yang akan menjauhkanmu dari perkataan kibar ahli ilmu dan salaf umat ini. Jadikan ketiga landasan utama ini sebagai perkara yang lazim (wajib) dan senantiasa mengiringi segala ucapan, perbuatan, dan keadaanmu.

📮AKIBAT MENYELISIHI (MENINGGALKAN) UCAPAN ULAMA

Al-Imam al-Barbahari berkata:

“Janganlah engkau melampuai ucapan ulama karena suatu perkara. Jangan memilih yang lain sementara engkau tinggalkan ucapan ulama akibatnya engkau terjatuh ke dalam Neraka.”

Makna ucapan beliau, “Engkau terjatuh ke dalam Neraka.” Wallahu a'lam hal ini ditinjau dari akibat dan tempat kembalinya di akhirat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan ucapan ulama, kibar ahli ilmu, dan ia biarkan hal ini, tidak jarang ini sebagai sebab dia terjatuh ke dalam Neraka. Karena seseorang yang meninggalkan salah satu ucapan dari sekian ucapan mereka pada hari ini karena mengikuti hawa nafsunya lalu ia membiarkannya sehingga ia meninggalkan seluruh ucapan ulama. Jika ia telah meninggalkan ucapan seluruh ulama, dia cenderung untuk mengikuti ucapannya sendiri.

Jika dia bersendirian dalam berucap dan berbuat tidak berjalan bersama seluruh ulama, keadaanya dikhawatirkan sehingga dia terjatuh di Neraka. Sehingga makna ucapan mushannif (al-Imam al-Barbahari) “Dia terjatuh ke dalam Neraka” ditinjau dari tempat akhir dan akibatnya. Atau hal ini menunjukkan bahwa sebagian ragam penyelisihan mengakibatkan hukuman semacam ini.

📚Sumber: [Pelajaran Syarhus Sunnah yang dikupas oleh asy-Syaikh Yasin al-Adeni rahimahullah pada hari Jum’at malam, Sabtu 11 Dzul Qa’dah 1435H]

Selesai. Alhamdulillah.

Url: http://bit.ly/Fw400101 { Judul dari Admin }
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: Arsip dari WA Salafy Lintas Negara - Disalin oleh: Abu Bakar Jombang, 12 Dzul Qa'dah 1435H

0 komentar

Post a Comment