Thursday, November 16, 2017

Cikal Bakal Seorang "Pendusta"


🚇CIKAL BAKAL SEORANG "PENDUSTA"

❱ Dari Hafs bin 'Ashim radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasullah -ﷺ- bersabda:

“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta
▸ jika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengar.”

📚[HR. Muslim]

النَّهْيُ عَنِ الْحَدِيثِ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ قَال رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

•••(( كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ ))•••

📚[صحيح مسلم - رقم: (5)]

🚇BAHAYA LISAN YANG TIDAK BISA DIKENDALIKAN

Dua orang yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan. Suami-istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan cepat karena lisan. Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta bertauhid dapat tertumpah karena lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.

◈ Rasulullah -ﷺ- bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” [Sahih, HR. al-Bukhari no. 6092]

◈ Rasulullah -ﷺ- bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا يَزِلُّ بِهَا إِلَى النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.” [Sahih, HR. al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988 dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu]

◈ Al-Imam an-Nawawi rahimahullahmengatakan, “Hadits ini (yakni hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu yang dikeluarkan oleh al-Bukhari dan Muslimrahimahumallah) teramat jelas menerangkan bahwa sepantasnya bagi seseorang untuk tidak berbicara kecuali dengan pembicaraan yang baik, yaitu pembicaraan yang telah jelas maslahatnya. Ketika dia meragukan maslahatnya, janganlah dia berbicara.” [al-Adzkar hlm. 280, Riyadhus Shalihin no. 1011]

🚇BERBICARA ATAU DIAM

◈ Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Apabila dia ingin berbicara hendaklah dipikirkan terlebih dahulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah. Jika ragu, janganlah dia berbicara hingga tampak maslahatnya.” [al-Adzkar hlm. 284]

◈ Dalam kitab Riyadhus Shalihin, al-Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang yang telah mendapatkan beban syariat, seharusnya menjaga lisannya dari segala pembicaraan, kecuali yang telah jelas maslahatnya. Bila berbicara dan diam sama maslahatnya, maka sunnahnya adalah menahan lisan untuk tidak berbicara. Karena pembicaraan yang mubah bisa menyeret pada pembicaraan yang haram atau dibenci. Hal seperti ini banyak terjadi. Keselamatan itu tidak bisa dibandingkan dengan apa pun.”

{ Judul dari Admin }
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net
₪ Dari Channel Telegram @KajianIslamTemanggung & Sedikit tambahan dari artikel Majalah Islam Asy-Syariah (Asy Syariah Edisi 003)

0 komentar

Post a Comment