🚇BERAMAL IBADAH NAMUN BID'AH, KENAPA AHLUSSUNNAH MENOLAKNYA?
[ Kajian Hadits: Syarh Arbain an-Nawawiyyah, Hadits ke-5 ]
Dari Ibunda kaum mukminin, Ummu Abdillah Aisyah -semoga Allah meridlainya- beliau berkata: Rasulullah [ﷺ] bersabda:
{ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ }
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal yang baru dalam perkara kami ini yang tidak ada (perintahnya dari kami) maka tertolak.” [HR al-Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat Muslim:
{ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ }
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami, maka tertolak.”
~※~※~//~※~※~
▶️ Penjelasan;
※ Hadits ini adalah patokan lahiriah untuk menentukan sah atau tidaknya suatu amalan. Jika suatu amalan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah [ﷺ], maka tertolak. Meski pelakunya mengamalkan dengan ikhlas hanya karena Allah.
※ Karena itu, syarat diterimanya amalan ada 2:
▸ [1] Ikhlas karena Allah, sebagaimana disebutkan dalam hadits pertama yang lalu.
▸ [2] Mengikuti tuntunan Rasulullah [ﷺ].
Perbuatan yang diada-adakan dalam Dienul Islam, yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah [ﷺ] disebut dengan bid’ah.
~※~※~//~※~※~
▶️ Definisi Bid’ah;
※ Bid’ah secara bahasa artinya adalah sesuatu yang diada-adakan tanpa ada contoh sebelumnya.
Dalam al-Qur’an ada penyebutan lafadz bid’ah secara bahasa tersebut, di antaranya:
{ بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ }
“Allahlah yang mengadakan langit dan bumi (tanpa contoh sebelumnya).” [QS al-Baqarah:117]
※ Makna bid’ah secara istilah adalah
▸ jalan yang ditempuh dalam Dien,
▸ yang diada-adakan,
▸ menandingi syariat,
▸ yang niat melaksanakannya adalah sebagaimana niat seseorang menjalankan syariat.
📚[al-I’tishom karya al-Imam asy-Syathiby]
~※~※~//~※~※~
▶️ Penjelasan Definisi Bid’ah;
※ Beberapa karakteristik sesuatu hal dikatakan sebagai bid’ah:
▸ [1] Telah menjadi sebuah ‘jalan’ - Bukan sesuatu hal yang sekedar ‘pernah’ dilakukan, tapi berulang-ulang dan menjadi kebiasaan, sehingga menjadi ‘jalan’.
▸ [2] Dalam urusan Dien (bukan duniawi) - Dalam urusan duniawi dipersilakan berinovasi seluas-luasnya selama tidak ada larangan dari al-Qur’an maupun Sunnah Rasul [ﷺ].
{ أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ }
“Kalian lebih tahu tentang urusan duniawi kalian.” [HR Muslim]
▸ [3] Diada-adakan, tidak ada dalilnya - Tidak ada dalil shahih yang menjadi landasannya. Jika ada dalil, bisa berupa hadits lemah atau hadits palsu, atau ayat yang ditafsirkan tidak pada tempatnya.
▸ [4] Menandingi syariat - Tidaklah seseorang melakukan sesuatu bid’ah kecuali Sunnah yang semisalnya akan mati.
◈ Rasulullah [ﷺ] bersabda:
{ مَا أَحْدَثَ قَوْمٌ بِدْعَةً إِلَّا رُفِعَ مِثْلُهَا مِنَ السُّنَّةِ }
“Tidaklah suatu kaum melakukan suatu bid’ah, kecuali akan terangkat Sunnah yang semisal dengannya.” [HR Ahmad dari Ghudhaif bin al-Haarits, dan Ibnu Hajar menyatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (baik) dalam Fathul Baari, 13/253]
❏ Contoh:
Bacaan-bacaan setelah selesai sholat fardlu banyak disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih. Namun, ada seseorang yang karena merasa mendapatkan ijazah bacaan dari gurunya (meski tidak ada dalilnya dari hadits Nabi), selalu mengulang-ulang bacaan yang diajarkan tersebut setelah selesai sholat. Misalkan, membaca Laa Ilaaha Illallaah 333 kali, disertai keyakinan keutamaan-keutamaannya (memperlancar rezeki, kewibawaan, dsb). Akibatnya, ia akan tersibukkan dengan amalan dari gurunya tersebut dan meninggalkan Sunnah Nabi yang sebenarnya.
▸ [5] Niat melakukannya adalah sebagaimana orang berniat dalam melakukan syariat (untuk mendekatkan diri kepada Allah)
📚[Penjelasan ini disarikan dari Syaikh Shalih bin Abdil Aziz Aalusy Syaikh ketika mensyarh hadits ini]
~※~※~//~※~※~
▶️ Semua Bid’ah Adalah Sesat
※ Semua bid’ah secara istilah, sebagaimana definisi di atas adalah sesat.
Sabda Rasulullah [ﷺ]:
{ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثاَتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ }
“Dan berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan karena setiap bid’ah adalah sesat.” [HR Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah]
Dalam hadits Jabir dinyatakan bahwa Nabi selalu mengulang-ulang ucapan semacam itu pada permulaan-permulaan khutbah beliau baik pada saat Khutbah Jumat atau di waktu lain
❏ Ucapan para Sahabat Nabi:
Ibnu Mas’ud –semoga Allah meridlainya- berkata:
〈 اتبَّعِوُا وَلاَ تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ 〉
“Ikutilah (Sunnah Nabi) janganlah melakukan bid’ah, karena sesungguhnya kalian telah dicukupi, dan seluruh bid’ah adalah sesat.” [Diriwayatkan oleh Abu Khoytsam dalam Kitabul Ilm dan Muhammad bin Nashr alMarwazy dalam as-Sunnah]
{ الْإِقْتِصَادُ فِي السُّنَّةِ أَحْسَنُ مِنَ الْاِجْتِهَادِ فِي الْبِدْعَةِ }
“Sederhana di dalam Sunnah lebih baik dibandingkan bersungguh-sungguh di dalam bid’ah.” [Riwayat al-Hakim][¹]
Ibnu Umar –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ كلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً }
“Semua bid’ah adalah sesat sekalipun manusia memandangnya baik.” [Diriwayatkan oleh al-Baihaqy dalam al-Madkhal dan Muhammad bin Nashr al-Marwazy dalam as-Sunnah]
Muadz bin Jabal –semoga Allah meridlainya- berkata:
〈 فَإِياَّكُمْ وَمَا يُبْتَدَعُ فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلَالَة 〉
“Berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena perkara yang diada-adakan (dalam Dien) adalah sesat.” [Hilyatul Awliyaa’, 1/233]
Ibnu Abbas –semoga Allah meridlainya- berkata:
“Hendaknya engkau bertakwa kepada Allah dan istiqamah, ikutilah (Sunnah Nabi) jangan berbuat kebid’ahan.” [Diriwayatkan oleh ad-Daarimi]
Hudzaifah bin al-Yaman –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا ؛ فَإِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالاً ؛ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ }
“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah [ﷺ], janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka bertakwalah kalian kepada Allah wahai para pembaca al-Qur’an (orang-orang alim dan yang suka beribadah) dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah]
📚[Disalin dari Draft Buku “40 Hadits Pegangan Hidup Muslim (Syarh Arbain an-Nawawiyah)”]
—(▴) Catatan: (▴)—
[¹] Maksudnya, sedikit amalan namun di atas Sunnah (sesuai bimbingan Nabi) lebih baik dibandingkan banyak beramal dan bersungguh-sungguh, namun di atas kebid’ahan.
Url: http://bit.ly/Fw401110 { Judul dari Admin }
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net
/// Sumber: Salafy•Or•Id { http://bit.ly/2JGTfRQ } - Penulis: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah
0 komentar
Post a Comment