Sunday, November 10, 2019

Nasehat Bagi Orang Yang Mengetahui Pendapat Asy-Syaikh Al-Albani Tentang Masalah Cadar


🚇NASEHAT BAGI ORANG YANG MENGETAHUI PENDAPAT ASY-SYAIKH AL-ALBANI TENTANG MASALAH CADAR

❱ Asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-'Abbad hafizhahullah


أقول:

{ لو كان ما يقوله الألباني هو الصواب، فإن هذا من الحق الذي ينبغي إخفاؤه ولا يحرص على إظهاره؛ لأنه لا يترتب على إظهاره إلا المضرة، وذلك أن كلامه في تقرير أن ستر الوجه ليس بواجب جرأ كثيراً من النساء إلى التساهل بالحجاب،

ولا شك أن مثل هذا عدم إظهاره وعدم تقريره أولى؛ لما يترتب عليه من فوات مصلحة؛ بل يترتب عليه مضرة؛ لأنه جرأ بعض النساء اللاتي يردن التفلت، ويردن الخروج عن الشيء الذي يجب على النساء أن تكون عليه؛ لأنها تجد من يفتيها ومن تعتمد عليه في انطلاقها من الشيء الذي فيه حشمتها وسلامتها، وفيه البعد عن الشرور بسبب مثل هذه الفتوى. ومن المعلوم أنه إذا كانت الشريعة الإسلامية تأمر المرأة بأن ترخي ثوبها حتى تغطي رجليها، فكيف تأمر هذه الشريعة بتغطية الرجل ثم تبيح كشف الوجه؟! والوجه هو الذي يكون فيه الجمال، والرجل ليس فيها جمال مثل ما في الوجه، والذي يبحث عن الجمال لا يبحث عنه في الرجلين، إنما يبحث عنه في الوجه، فمادام أن الشريعة أمرت بتغطية الرجلين وسترهما فلا شك أن تغطية الوجه هو أولى؛ لأن فيه الحسن والجمال، وفيه تكون الفتنة، والجمال والدمامة ترى في الوجوه لا في الأرجل.

لذلك أقول:

{ هذه المسألة في الحقيقة ما كنت أود أن الشيخ رحمه الله أشغل نفسه بها وأتعب نفسه بها، وأراح الناس مما يترتب عليها من مضرة، ولو كان الأمر كما يقول وأنه ليس بواجب، فإن عدم الاهتمام به وعدم إظهاره لا يفوت بتركه شيء، والرسول صلى الله عليه وسلم لما قال له معاذ: ‹ يا رسول الله! أفلا أبشر الناس؟ قال: لا تبشرهم فيتكلوا. › }


Saya katakan:

((🔥)) “Seandainya apa yang menjadi pendapat asy-Syaikh al-Albani itu benar, maka ini termasuk kebenaran yang sepantasnya disembunyikan dan tidak antusias menampakkannya.

(•) Karena menampakkannya hanyalah akan menimbulkan madharat. Sebab perkataan beliau dalam menerangkan bahwa menutup wajah bagi wanita itu bukan hal yang wajib, banyak mendorong di antara kaum wanita untuk bermudah-mudahan tidak mengenakan hijab.

((🔥)) Dan tidak ada keraguan, yang seperti ini tentunya lebih utama untuk tidak ditampakkan dan dijelaskan, ketika hal ini tidak bermashlahat, tetapi bermadharat.

(•) Sebab telah terdorong sebagian kaum wanita yang menginginkan ketidakteraturan dan menginginkan keluar dari perkara yang wajib bagi para wanita untuk mewujudkannya, dikarenakan terdapatnya orang yang memfatwakannya dan berpegang dengannya, membebaskan kaum wanita dengan sebab fatwa seperti ini dari sesuatu yang di dalamnya ada kehormatan dan keselamatannya serta menjauhkan dari kejelekan.

(•) Telah diketahui jika syariat islam memerintahkan wanita mengulurkan pakaiannya hingga menutup kedua kakinya, bagaimana bisa syariat ini memerintahkan menutup kaki kemudian membolehkan membuka wajah?! Padahal wajahlah yang padanya mengandung kecantikan, sedangkan kaki tidak ada padanya kecantikan seperti yang ada pada wajah.

(•) Orang yang mencari kecantikan, tidaklah mencarinya pada kedua kaki, akan tetapi ia mencarinya pada wajah. Sepanjang syariat ini memerintahkan menutup kedua kaki, tentunya menutup wajah lebih utama, karena pada wajah terdapat keelokan dan kecantikan serta bisa menjadi fitnah. Kecantikan dan kehormatan terlihat pada wajah bukan pada kaki.”

Oleh karenanya saya katakan:

((🔥)) Masalah ini yang sebenarnya tidak saya inginkan untuk asy-Syaikh rahimahullah menyibukkan dan melelahkan diri dengannya serta memasukkan manusia pada perkara yang berakibat madharat.

(•) Seandainya perkaranya seperti yang beliau katakan, bahwasannya menutup wajah bukan kewajiban, maka tidak mementingkan dan menampakkannya tidaklah membuat suatu hal terluput dengan meninggalkannya.

Rasulullah [ﷺ], saat sahabat Muadz berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, apa tidak aku sebarkan kabar ini kepada orang-orang?” Beliau bersabda: “Jangan kau kabarkan kepada mereka, (karena nantinya) mereka malah akan menggantungkan (amalnya pada itu).” [Hadits Riwayat Imam al-Bukhari, kitab Al-Libas, Bab: “Irdaf ar-Rajul Khalfa ar-Rajul”, 4/84; Imam Muslim, kitab al-Imaan, Bab: “ad-Dalil ‘ala anna man maata ala at-tawhiid dakhala al-jannah”, 1/58]

📚[Syarh al-Arba'in an-Nawawiyah, 19]

Url: http://bit.ly/Fw410304
📮••••|Edisi| t.me/ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net

// Sumber: Tg @ukhwh

0 komentar

Post a Comment