🚇SIKAP TERHADAP ORANG YANG TELAH DITAZKIYYAH ULAMA NAMUN AMALANNYA MENYELISIHNYA
❱ Asy-Syaikh Ubaid al-Jabiriy hafizhahullah
[ Pertanyaan (ke-7) ]
Bagaimana sikap kita kepada seorang telah mendapatkan tazkiyyah sebagian para ulama, dikarenakan husnudzon (sebagian para ulama tersebut -pent) kepadanya atau karena tulisannya yang membantah salah satu ahli bid'ah.
Akan tetapi perbuatannya bertentangan dengan tazkiyyah tersebut,
— dari kedustaan
— dan mencela salafiyyin
— dan menuduh mereka dengan tuduhan-tuduhan yang jelek.
— Bahkan sampai berdusta atas sebagian para ulama dan yang selain itu.
Bagaimana sikap kita terhadap orang yang seperti ini?
[ Jawaban ]
❒ Saya katakan:
“Para ulama ahlus sunnah dan imam-imam mereka, tidaklah turun kepada mereka wahyu dari langit.
Maka mereka memberikan tazkiyyah kepada seseorang,
✓- tatkala nampak padanya sunnah,
✓- pembelaannya terhadap sunnah dan ahlus sunnah,
✓- dan menyebarkan kitab-kitab ahlus sunnah yang padanya bantahan terhadap orang-orang yang menyelisihi.
≣ Maka atas dasar ini, mereka (para ulama -pent) memberikan tazkiyyah kepadanya sesuai dengan apa yang nampak.
// •• // •• // •• //
Namun apabila ia menyimpang (setelah itu),
✘- bahkan memerangi ahlus sunnah
✘- dan membela ahli bid'ah.
≣ Maka sikap ahlus sunnah terhadap orang yang seperti ini keadaannya, sesuai dengan apa yang yang berhak ia dapatkan. Dan ini bukanlah perkara yang asing.
•• Asy Syafi'i -Rahimahullahu- mentazkiyyah Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya, beliau mengatakan: “Hadatsani Tsiqah” (telah menceritakan kepadaku seorang yang tsiqoh). Dalam keadaan para ulama selain beliau menjarhnya.
•• Imam Malik ditanya tentang Ibrahim ini, ditanyakan kepada beliau: “Apakah dia seorang yang tsiqoh (terpercaya)?” Beliau menjawab: “Tidak, tidak pula agamanya.”
(( ※ )) Maka tazkiyyah Asy-Syafi'i tidaklah membahayakan Asy-Syafi'i, beliau seorang imam di sisi kami dan di sisi orang yang mengetahui kedudukan beliau dari ahli islam dan sunnah.
(( ※ )) Akan tetapi tidaklah bermanfaat tazkiyyah beliau kepada Ibrahim bin Abi Yahya, dikarenakan para ulama yang lain menjarhnya.
Kaidahnya:
« من علم حجة على من لم يعلم »
“Seorang yang mengetahui, hujjah bagi orang yang tidak mengetahui.”
📚[Al-Qaulul Mudabbaj bidzikri Washaya fil Manhaj, hal. 15-16]
Url: http://bit.ly/Fw390801
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net
// Sumber: Dari situs ForumSalafy•Net {https://goo.gl/yVVNxu} - Alih bahasa: Ibrohim Abu Kaysa
0 komentar
Post a Comment